SRI LANKA, POSKOTA.CO.ID - Krisis ekonomi terburuk telah menimpa negara di Asia Selatan ini.
Sebanyak 22 juta penduduknya turut terancam nasibnya.
Sebelumnya negara ini dilanda krisis ekonomi yang ditandai inflasi berbulan-bulan dan pemadaman listrik berkepanjangan.
Hal ini akibat pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital.
Devisa negara habis untuk membayar utang luar negeri dan keperluan lainnya.
Sri Lanka paling banyak berutang kepada Tiongkok dan India.
Utang luar negeri Sri Lanka mencapai $ 50,72 miliar pada akhir 2021.
Jumlah ini sudah 60,85 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto).
Menurut Times of India, total utang Sri Lanka ke Tiongkok mencapai $ 8 miliar. Ini sekitar seperenam dari total utang luar negerinya.
Sumber pemasukan devisa Sri Lanka seperti dari sektor pariwisata juga menurun karena pandemi Covid-19.
Masyarakat menderita dan menyalahkan pemerintah yang dianggap tak becus.
Kekacauan kemudian melanda negara yang sedang ditimpa krisis ekonomi terburuk tersebut.
Unjuk rasa meluas. Para demonstran Sri Lanka menduduki gedung-gedung pemerintah dan menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri ketika dia pada Rabu dini hari melarikan diri.
Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri di dalam pelariannya. ***