ADVERTISEMENT

Geram! Aplikasi MyPertamina Terus Diolok-olok, Menteri Bahlil: Kapan Negara Mau Maju, Negara Mau Buat Baik

Selasa, 12 Juli 2022 10:43 WIB

Share
Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam acara Rilis Survei Indikator Politik Indonesia secara virtual. (foto: ist)
Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam acara Rilis Survei Indikator Politik Indonesia secara virtual. (foto: ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, merasa geram atas cemoohan yang terus mengalir dari masyarakat yang tak setuju dengan aturan pendistribusian BBM bersubsidi melalui aplikasi MyPertamina. 

Menurutnya, langkah tersebut merupakan upaya mitigasi pemerintah dalam memberikan subsidi tepat sasaran kepada masyarakat yang berhak membutuhkan.

"Ada lagi yang tidak senang, olok-olok kita terus, jadi kapan negara kita mau maju. Negara mau ingin buat baik-baik, tata kelola baik-baik yang pintar-pintar ini seolah-olah menganggap ngapain di subsidi harus pakai daftar segala macam," kata Bahlil dalam acara Rilis Survei Indikator Politik Indonesia secara virtual, Senin 11 Juli 2022.

Bahlil berujar, pemerintah merubah tata kelola dengan pemberian subsidi yang dilakukan adalah melalui subsidi langsung ke barang. Ia menilai, tidak tepat jika subsidi diberikan ke orang.

"Tapi apa yang terjadi, begitu pemerintah merubah tata kelola nya, subsidi ke orang makanya pakai aplikasi. Sekarang ini kita subsidi itu bukan subsidi ke orang tapi subsidi ke barang, contoh minyak masa orang punya mobil bagus pakai minyak subsidi, jadi kita orang-orang mampu enggak adil kepada orang yang membutuhkan subsidi," ujar dia.

Selain itu, Bahlil menegaskan, langkah yang diambil pemerintah tersebut masih menuai pro dan kontra dari masyarakat. 

Sementara itu, Bahlil merincikan, subsidi yang diberikan pemerintah saat ini terhadap bahan bakar minyak sebesar Rp500 triliun. 

Kata dia, konflik geopolitik yang terjadi di Rusia turut berdampak terhadap harga bahan bakar minyak. Sehingga pemerintah harus memastikan subsidi yang diberikan tepat sasaran.

"Sekarang hampir 1/4 dari total APBN itu subsidi, kalo tidak ini berbahaya sekali," ucap Bahlil.

"Subsidi minyak sekarang kalo harga dolar 110-120 barel minyak kita subsidi nya hampir 500 triliun, dan apa yang terjadi sekarang analisa sekarang harga minyak dunia ketika Rusia menurunkan produksinya hampir 2-3 juta kemudian timur tengah hanya bisa menaikan supply Maksimal sekitar 1,5 juta, itu diperkirakan harga minyak kita bisa mencapai 200 dolar per barel. Dan itu berbahaya lagi," tutup dia. (nitis)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT