ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Membidik Pemimpin Masa Depan

Kamis, 7 Juli 2022 08:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Denganmeniru,memilikiwatakdankecakapanalamitu,pemimpinakanmemilikijiwaksatriasebagaisaranamendarmabaktikandirikepadanegaradanrakyatnya”

-Harmoko-

MELALUI kolom ini pekan lalu, saya sampaikan bahwa pemimpin di level manapun harus tampil di depan memberi teladan kebaikan, bukan memperburuk keadaan. Mampu melakukan perubahan menuju kemajuan, bukan kemunduran. Keteladanan dalam berucap, berbuat dan bersikap, termasuk kebijakan yang digulirkan guna mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan sosial sebagaimana cita – cita negeri ini didirikan.

Mengapa perlu keteladanan? Jawabnya keteladanan akan membangun partisipasi publik, menggerakkan masyarakat melakukan perubahan menuju kemajuan.

Dalam paribasan Jawa dikenal “kacang mangsa ninggala lanjaran” – buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Peribahasa ini menggambarkan bentuk hubungan darah antara orang tua dengan anaknya. Adanya kesamaan sikap, sifat, watak,  dan karakter antara orangtua dan anaknya.

Dalam arti luas, membangun masyarakat, bangsa dan negara, dapat digambarkan hubungan antara pemimpin dengan rakyatnya. Jika pemimpin baik, rakyat akan ikut baik. Pemimpin bekerja keras membangun bangsa, rakyat akan bekerja lebih keras mengikutinya. Pemimpin yang santun, rakyatnya akan lebih santun dan hormat.

Jika para pemimpin mempertontonkan kegaduhan, berperilaku korup, sewenang – wenang dan menyalahgunakan kekuasaan, maka rakyatnya pun akan mengikutinya, abai terhadap etika dan norma.

Lantas pemimpin seperti apa yang diharapkan untuk masa depan? Jawabnya tentu akan sangat beragam. Rakyat mengharapkan pemimpin yang sempurna, tanpa cacat dan cela.

Ini terjadi di negara manapun, termasuk Amerika Serikat yang menganut kebebasan, rakyatnya menuntut sosok yang sempurna, bebas dari skandal, tidak tercela, bahkan untuk urusan yang terkecil sekalipun menetapkan standar tinggi.

Pemimpin yang sempurna memang sulit didapat, mengingat kesempurnaan hanyalah milikNya. Tetapi berusaha mendekat ke arah sana, adalah upaya yang wajib dilakukan karena seorang pemimpin adalah cermin dari masyarakat dan wakil dari sebuah negeri. Di pundaknya beban ditanggungkan dan aspirasi diwakilkan lewat pilpres, pileg atau pilkada.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT