JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Menlu Rusia Sergei Lavrov, serta Menlu China Wang Yi akan menghadiri forum Menteri Luar Negeri di acara G20 Bali.
Pertemuan para menlu anggota G20 itu akan dimanfaatkan Blinken untuk isu invasi Rusia.
Dia akan meminta para mitranya di G20 untuk menekan Rusia agar membuka kembali jalur laut yang diblokir terkait konflik Ukraina.
Tak hanya itu, Blinken akan kembali memperingatkan China untuk tidak mendukung Rusia. Blinken dijadwalkan bertemu Wang di Bali untuk membahas hal ini, namun tak ada rencana pertemuan dengan Lavrov.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS memastikan tak ada agenda pertemuan Blinken dengan Lavrov di Bali. Kedua menlu belum pernah bertemu sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Juru Bicara Deplu AS Ned Price mengatakan saat ini bukan waktu yang tepat untuk menggelar pertemuan.
"Kami ingin melihat Rusia serius dalam diplomasi. Kami belum melihat itu," kata Price, dikutip dari Reuters, pada Rabu (6/7/2022).
Asisten Menlu AS untuk urusan ekonomi dan bisnis, Ramin Toloui, mengatakan Blinken akan membawa isu keamanan energi serta inisiatif PBB untuk mencari solusi atas krisis bahan makanan serta pupuk Ukraina dan Rusia ke pasar global.
"Negara-negara G20 harus meminta pertanggungjawaban Rusia dan bersikeras untuk mendukung upaya PBB yang sedang berlangsung untuk membuka kembali jalur laut guna (kelancaran) pengiriman biji-bijian," katanya.
“Entah itu terjadi di tingkat G20 atau di tingkat masing-masing negara G20, itu poin penting yang akan disampaikan Menteri Blinken,” tegasnya.
Pemerintah Ukraina sebelumnya menyatakan sedang mengadakan pembicaraan dengan Turki dan PBB untuk memberikan jaminan ekspor biji-bijian.
Sementara itu Rusia membantah telah memblokir pengiriman biji-bijian Ukraina.
Sebaliknya Rusia menyalahkan Ukraina yang tak mengirimnya ke pelabuhan karena telah memasang ranjau darat di rute perjalanan.
Utusan AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink, berharap ada hasil yang dicapai dalam pertemuan Blinken dan Wang yang dijadwalkan digelar pada Sabtu.
"Ini akan menjadi kesempatan untuk menyampaikan harapan kami, tentang apa yang kami harapkan bisa dilakukan China dalam konteks Ukraina," katanya.
Beberapa hari sebelum invasi, China dan Rusia mengumumkan kemitraan tanpa batas. Para pejabat AS mengatakan belum melihat China melanggar sanksi terhadap Rusia atau membantu peralatan militer ke sekutu dekatnya itu.
Di sisi lain China menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina bahkan mengecam sanksi besar-besaran oleh negara Barat.
Para pejabat AS memperingatkan bahwa China akan menerima konsekuensi berat, termasuk sanksi, jika memberikan dukungan material terhadap Rusia.