perilaku dan perbuatan, serta kebijakan yang digulirkan. Keteladanan harus ditampilkan oleh para pemimpin dan calon pemimpin bangsa sebagaimana ajaran luhur “Ing ngarso sung tulodo” – di depan memberi keteladanan melakukan perubahan menuju kemajuan seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Bukan melakukan perubahan dengan memainkan politik identitas, bukan pula menampilkan pemimpin popularitas yang terbentuk karena pencitraan semata.
Hendaknya perubahan yang dilakukan diarahkan demi terciptanya nilai dan norma baru yang lebih positif untuk menggerakkan kemajuan, kian terbentuknya integrasi sosial dan tumbuhnya kelompok – kelompok kreasi dan inovasi. Bukan makin terciptanya polarisasi akibat mengedepankan politik identitas yang berbau SARA.
Tak kalah pentingnya bagaimana para elite memainkan perannya melakukan perubahan untuk mendukung terciptanya nuansa kehidupan masyarakat yang memiliki tingkat toleransi tinggi – sebuah sikap yang memang dikembangkan sejak negeri ini didirikan.
Sikap toleransi akan terbentuk manakala masyarakat telah berpikir positif menyongsong masa depan dengan tampilnya calon pemimpin yang diharapkan. Rakyat telah menerima manfaat yang didapat dari perubahan, keteladanan yang telah dipraktikkan calon pemimpin bangsa dalam kehidupan sehari–hari.
Jangan berteriak perubahan, kalau dirinya tak mau mengubah diri. Jangan bermimpi mau mengubah Indonesia, kalau dirinya tidak mampu berubah.
Tidak sedikit para tokoh mengusulkan perubahan, membangun negeri bebas korupsi, tetapi tidak dibarengi dengan memberi contoh baik dengan tidak memberi atau menerima suap, sama saja mimpi.
Acap juga berteriak toleransi, tetapi ucapan dan sikapnya menjurus intoleran.Mari kita ubah diri sendiri, sebelum mengubah orang lain. (Azisoko*)