ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Perubahan Diri dan Bangsa

Senin, 4 Juli 2022 08:07 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

"Janganharapperubahanmenujukemajuanbakalterlaksana,jikaparaelite,pemimpindancalonpemimpinbangsatidakmampumengubahdirinyasendirimenujulebihbaiklagi..."

-Harmoko- 

ISU – isu perubahan sepertinya akan menjadi “jualan“ menarik bagi para elite menyongsong perhelatan akbar pemilu serentak tahun 2024. Sejumlah parpol, utamanya yang berada di luar koalisi, sudah bersiap mengangkat isu perubahan menuju perbaikan.

Diyakini perubahan menjadi daya pikat tinggi meraih simpati publik, di tengah situasi ketidakpastian, kondisi yang stagnan, jika tidak disebut “kegagalan”.

Sejarah perjalanan politik negeri ini pun telah membuktikan, isu perubahan yang diusung paslon presiden – cawapres mampu memenangkan pertarungan sejak pemilu pasca reformasi digelar. Begitu pun dalam pilkada, di antaranya DKI Jakarta.

Tentu, perubahan ini harus didukung dengan program yang ditawarkan, juga sosok pemimpin yang diajukan wajib mencerminkan karakter perubahan seperti diharapkan. Ini makin diperkuat mengingat pada pilpres 14 Februari 2024, tak ada lagi capres petahana.

Memperjuangkan perubahan dan perbaikan nasib rakyat akan menjadi kemasan yang dikedepankan parpol guna meningkatkan elektoral dengan menawarkan kebijakan yang lebih memihak kepada rakyat. Bukan kebijakan yang hanya menguntungkan beberapa pihak, mendukung penguatan oligarki.

Bukan pula kebijakan yang berubah – ubah dan membingungkan rakyat. Komoditas pangan seperti harga sembako yang terjangkau, harga.stabil, dan stok lebih dari tercukupi agar tidak terjadi antrean dan pembatasan – pembatasan, menarik akan disajikan. Juga perbaikan nasib pekerja, penyediaan lapangan pekerjaan, dan upaya – upaya lain mengentaskan kemiskinan yang saat ini angkanya masih di atas 26 juta orang.

Angka pengangguran terbuka yang masih 9,1 juta orang. Belum lagi yang setengah terbuka, atau sedikit terbuka akibat belum pulihnya perekonomian menyusul terdampak pandemi dan ketidakpastian situasi global.

Ditambah lagi peningkatan jum￾lah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang sangat signifikan secara alami, sering disebut “bonus demografi” yang menuntut tersedianya lapangan yang lebih besar, luas dan beragam.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT