DEPOK, POSKOTA.CO.ID - Sebuah pesantren atau lembaga pendidikan di wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok yang diduga melakukan tindak pelecehan seksual terhadap belasan orang santri, diketahui memiliki aktivitas yang tertutup.
Samsuri, Ketua RT 04 RW 02 Beji Timur, mengatakan, keberadaan pondok pesantren tersebut memiliki kurang lebih 50 santri. Ia juga mengatakan, aktivitas pendidikan di pesantren tersebut dinilai tertutup.
"Enggak mencurigakan sih, karena kan tetutup juga. sehari hari di dalam pondok, keluar kalau misalnya olahraga di lapangan," kata Samsuri kepada wartawan, Kamis (30/6/2022).
Adapun terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang tua asuh terhadap belasan santri di salah satu pesantren tersebut, pihaknya belum mengetahui secara pasti.
"Masalah kejadian itu saya belum tau persis tanggal berapa dan bulan berapa karena saya enggak terjun disana, cuma istilahnya karena ramainya sudah di medsos jadi pas ustad bilang tinggal menunggu kabar dari yang bersangkutan, melalui ranah hukum," ujar dia.
"Tadi pagi udah kesana dalam arti untuk meredam masyarakat, belum ada kepastian juga karena kan baru hari rabu kemarin Polda kesana," tambahnya.
Selain itu, Samsuri juga mengatakan pesantren tersebut diketahui membina anak-anak yatim yang berasal dari luar daerah Depok.
"Saya rasa pesantrennya bagus sekali untuk membina anak-anak disana, baik itu dari segi sosial dan anak anak yatim itu di didik disana. Santrinya dari beragam, Depok, Lampung, tapi engga ada warga sekitar," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, belasan santriwati di salah satu lembaga pendidikan yang terletak di wilayah Beji Timur, Depok, Jawa Barat diduga menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang tua asuh laki-laki di tempat tersebut.
Menurut Kuasa hukum para korban, yakni Megawati, dari sebelas orang korban yang diduga dilecehkan oleh sosok orang tua asuh di lembaga pendidikan itu, baru 5 orang korban saja yang berani bicara terkait dugaan kasus pelecehan seksual ini. Sementara 6 orang lainnya masih membungkam karena sejumlah alasan.
"Dari belasan korban, hanya 5 orang yang berani mengadu akan hal ini kepada orang tuanya. Dan korban sudah memuat laporan ke Polda Metro Jaya," kata Megawati saat dihubungi, Kamis (30/6/2022).