Obrolan warteg: Migor Makin Ribet

Rabu, 29 Juni 2022 08:30 WIB

Share
Kartun Obrolan Warteg: Migor Makin Ribet. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Obrolan Warteg: Migor Makin Ribet. (kartunis: poskota/ucha)

“BELI minyak goreng (migor) makin ribet saja,” kata Yudi, selagi ”maksi” di warteg bersama kedua sohibnya, Heri dan mas Bro.

“Iya setelah harus pakai KTP, nantinya wajib dengan aplikasi PeduliLindungi jika ingin membeli migor curah seharga Rp14.000 per liter atau Rp15.500 per kilo,” tambah Heri.

“Itu katanya kebijakan dalam rangka pemantauan pendistribusian migor dari produsen ke konsumen. Dengan alat tersebut dapat terpantau jika terdapat penyelewengan yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga migor,” kata Ayu Bahari, pemilik warteg.

“Kebijakan sih kebijakan, tapi kalau tambah ribet gimana?” tanya mas Bro. “Nggak semua orang punya gadget, apalagi yang di kampung – kampung. Babe gue di kampung nggak ngerti itu namanya aplikasi. Belum lagi soal terbatasnya jaringan internet.” tambah Heri.

“Orang yang di kota saja bilangnya ribet, apalagi yang di kampung. Padahal migor curah sangat dibutuhkan di pedesaan, dusun-dusun,” kata Yudi.

“Sebaiknya kita ikuti dulu mas apa yang dilakukan pemerintah, “ kata Ayu menengahi.

“Iya sebagai rakyat, apapun yang diwajibkan pemerintah kita ikut. Tetapi apa tidak sebaiknya juga pemerintah menyerap aspirasi dari bawah. Jangan bikin susah karena bolak -balik kebijakan yang berubah,” kata mas Bro.

“Betul juga mas, sudah lama masalah migor belum tuntas. Yang ada syarat beli migor bagi konsumen yang berubah – ubah. Sebenarnya masalahnya di mana sih ya?” kata Ayu.

“Kalau itu yang lebih tahu tentu pemerintah beserta jajarannya. Tentu sudah dikaji, dianalisis apa masalahnya, di mana masalahnya, kenapa migor masih bermasalah. Bagaimana menyelesaikannya,” kata Heri.

“Ujungnya rakyat juga yang menerima imbas dari masalah dan penyelesaian masalah,” ujar mas Bro. (jokles) 

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar