“SEPERTINYA koalisi Partai Nasdem, Demokrat dan PKS tinggal menunggu hari H,” kata mas Bro selagi “maksi” di warteg langganannya bersama kedua sohibnya, Yudi dan Heri.
“Lagak lo kayak pengamat politik saja,” kata Yudi.
“Lah.. jelek – jelek gini, gue pengamat juga. Mengamati pemberitaan, mengamati pendapat para pengamat,” kata mas Bro percaya diri.
Melihat sohibnya tanpa komentar, mas Bro melanjutkan,” pengamatan gue koalisi ketiga parpol tersebut segera terwujud. Lo mau tahu kenapa? Nama partainya sama, ada kata demokrat,” kata mas Bro.
“Semua orang juga tahu. Nasional Demokrat dan Demokrat,” kata Yudi.
“Eh tunggu dulu. Ada lagi alasannya, kedua partai tersebut punya hubungan historis. Hubungan antara Nasdem dan Demokrat tergolong erat seperti keluarga. Jadi komunikasinya jauh lebih kultural,” tambah mas Bro.
Dengan begitu komunikasi akan lebih efektif, terbuka dan tanpa saling curiga. Begitu pula dalam membangun kerja sama akan lebih mudah, saling memahami dan menghargai. “Cuma ya itu harus ada yang legowo,” kata mas Bro.
“Memangnya kenapa?,” tanya Heri yang sejak tadi cuma mendengarkan.
“Sepertinya tertutup peluang bagi Ketum Demokrat, AHY maju sebagai capres mengingat hasil Rakernas Nasdem, merekomendasikan 3 bakal capres, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa,” ujar mas Bro.
“Kalau pertimbangan PKS karena capres yang akan didukungnya kelak, ada di antara 3 bakal capres yang diajukan Nasdem. Tapi semua masih bisa berubah karena politik penuh dengan dinamika.”
Itulah sebabnya silaturahmi politik terus digencarkan. Gerak cepat harus dilakukan agar tidak tersalib parpol lain. Gabung belakangan tak dapat jatah.
“Lo juga Bro, harus gerak cepat. Seringlah silaturahmi politik dengan camer untuk membangun koalisi. Jangan kelamaan, keburu pacar lo disamber orang,” saran Yudi. (jokles)