Survei Mujani Menyebut, Masyarakat Indonesia Lebih Toleransi ke Ahmadiah Dibanding FPI

Kamis 23 Jun 2022, 20:33 WIB
pendiri SMRC, Saiful Mujani .(Ist)

pendiri SMRC, Saiful Mujani .(Ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Masyarakat Indonesia lebih mentoleransi kelompok Islam Ahmadiyah ketimbang kelompok Front Pembela Islam (FPI) yang sempat dikomandoi oleh Habib Rizieq Shibab (HRS).

Hal tersebut disampaikan, berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

Adapun yang dijadikan indikator pertanyaan yaitu seberapa besar rasa keberatan apabila harus bertetangga dengan warga yang memilki latar belakang tertentu.

Berdasarkan pertanyaan diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia lebih enggan bertetangga dengan orang berlatar belakang FPI daripada Ahmadiyah.

Secara rinci yang merasa sangat keberatan bertetangga dengan FPI sebesar 11 persen, keberatan 23 persen, tidak keberatan 50 persen, sangat tidak keberatan 3 persen, tidak tahu atau tidak jawab 13 persen.

Sementara itu, Mujani juga merinci orang yang merasa sangat keberatan bertetangga dengan Ahmadiyah itu sebesar 7 persen, keberatan 26 persen, tidak keberatan 50 persen, sangat tidak keberatan 3 persen, tidak tahu atau tidak jawab 14 persen.

Sehingga jika dikalkulasikan orang yang merasa keberatan bertetangga dengan FPI sebanyak 34 persen, sementara Ahmadiyah 33 persen. Meskipun selisihnya tidak berbeda jauh, namun ini dianggap menarik karena Ahmadiyah kerap menjadi korban intoleransi dari FPI.

"FPI ada Sekitar 34 persen, ini menarik, Ahmadiyah lebih ditoleransi daripada FPI, padahal ahmadiyah sering menjadi korban intoleransi dari FPI," ujar pendiri SMRC, Saiful Mujani dalam program Bedah Politik bertajuk ‘Menoleransi LGBT, FPI, HTI, ISIS, dan Komunis?’ yang disiarkan melalui youtube resmi SMRC TV, Kamis (23/6/2022).

Lanjut, dijelaskan Mujani, survei ini dilakukan secara nasional di bulan Mei pada tahun 2022 untuk mengukur seberapa jauh tingkat toleransi masyarakat Indonesia terhadap suatu kelompok. 

Tidak hanya Ahmadiyah dan FPI, Mujani juga memasukan beberapa kelompok lain mulai dari kelompok ekstrim kiri hingga ekstrim kanan.

"Ya jadi ini cukup beragam dan cukup menggambarkan inklusifitas dari definisi toleransi itu sendiri, kita mulai dari yang ekstrim kirinya komunis, ekstrim kanannya ISIS, kedua-duanya tidak diterima, which is normal," ucap Mujani.

Berita Terkait

News Update