ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bukan saja terhadap siapa calon paling tepat, juga kekuatan parpol menjadi pertimbangan, hanya satu parpol, PDIP, yang bisa maju sendiri tanpa dukungan parpol lain untuk mengusung pasangan calon (paslon). Selebihnya harus bergabung (koalisi).
Di saat komunikasi antar-parpol sedang kondusif, selagi calon pemimpin bangsa ke depan sedang dirumuskan, hendaknya para elite memiliki rasa, kepekaan politik atas apa yang menjadi kehendak rakyat. Ada sense of politics.
Patut diingat, politisi berhasil duduk di Senayan karena dipilih rakyat. Parpol menjadi besar karena suara rakyat.
Begitupun paslon yang diusung pada pilpres 2024, akan terpilih jika mendapat suara rakyat.
Tanpa suara pemilih, tanpa dukungan rakyat, sebagus apapun calon yang digadang-gadang, akan tumbang.
Ini makin menguji sebuah adagium bahwa tingkat elektabilitas tidak sebanding lurus dengan tingkat keterpilihan.
Disinilah perlunya “insting”, kepekaan politik dari para elite parpol dengan menggunakan mata batinnya dalam menyerap kehendak rakyat untuk mengetahui pemimpin seperti apa yang dibutuhkan.
Perlu dikemas komunikasi politik sambung rasa antara para elite dengan rakyatnya.
Komunikasi yang mampu membangun keharmonisan, membangun kebersamaan sehingga mampu menyerap denyut nadi rakyat, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi”di media ini.
Kehendak rakyat hendaknya menjadi acuan dominan dalam mengambil keputusan dengan mengesampingkan syahwat politik kelompoknya, koleganya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT