JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Regulasi negara lemah dalam mengatur paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Hal ini memicu kampanye ideologi khilafah secara terang-terangan yang dilakukan Khilafatul Muslimin.
Pernyataan ini datang dari pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan.
Tema-tema khilafah yang saat ini mulai ramai kembali selalu berlindung atas nama kebebasan berpendapat dan demokrasi sehingga mereka menggunakan hal ini untuk menyampaikan propagandanya.
Untuk itu sudah saatnya ada aturan yang melarang adanya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Selain itu Kementerian Agama perlu mengeluarkan sertifikasi bagi penceramah sehingga dapat menyaring penceramah yang moderat dan materi yang disampaikan, serta melacak lokasi tempat-tempat ibadah di mana mereka berceramah.
"Agar orasi-orasi keagamaan di tempat ibadah itu menyejukkan,” ucap Ken Setiawan seperti dikutip dari VOA pada Selasa (14/6/2022).
Dia melanjutkan,”Selama ini mereka yang berpaham radikal masuk lewat tempat ibadah. Ujaran-ujaran kebencian, jangan ikuti ulama yang mendukung pemerintah, ikuti ulama yang dibenci sama pemerintah. Ini ‘kan bahaya.”
Ken Setiawan menilai Khilafatul Muslim murni berideologi NII yang sedang mencari pasar lebih luas untuk perekrutan dengan konsep khilafah.
Dia menekankan perbedaan konsep khilafah yang diusung kelompok Khilafatul Muslimin dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Jika HTI ingin mengubah ideologi negara dengan cara kudeta atau menginfiltrasi kalangan aparat TNI dan Polri. Sementara Khilafatul Muslimin bergerak dengan merekrut sebanyak mungkin anggota dan simpatisan yang kelak diminta memilih untuk tetap berideologi Pancasila atau menggantinya dengan sistem khilafah.
Belum ada informasi tentang apa yang akan terjadi ketika anggota memilih tetap pada ideologi Pancasila.
Ken Setiawan meminta pemerintah dan aparat keamanan tidak boleh menganggap enteng keberadaan Khilafatul Muslimin. Meskipun belum banyak anggota yang tertangkap melakukan aksi terror tetapi mereka telah memiliki pemikiran yang sama, yaitu membenci Pancasila dan demokrasi.
Ken Setiawan berpendapat mereka berpotensi menjadi teroris ketika berhasil digaet Jamaah Islamiyah, Jamaah Ansharud Daulah, atau jaringan ISIS. ***