ADVERTISEMENT

Kabur dari Rumah Orang Tua, Terjebak Prostitusi Online

Jumat, 10 Juni 2022 06:31 WIB

Share
Kartun Nah Ini Dia: Kabur dari Rumah Orang Tua, Terjebak Prostitusi Online. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Nah Ini Dia: Kabur dari Rumah Orang Tua, Terjebak Prostitusi Online. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BENAR –benar kasihan nasib Lia,16, gadis ABG dari Samarinda (Kaltim) ini. Kabur dari orangtua karena sering dianiaya kakak, oleh pacar malah dikomersilkan menjadi cewek online. Penderitaan baru berakhir ketika ditolong polisi yang nyamar, sayangnya sipacar yang jadi germo keburu melarikan diri.

Anak-anak generasi sekarang memang lebih berani, meski sering kurang perhitungan. Menghindari ketidaknyamanan di rumah sendiri, disikapi dengan cara kabur dari rumah. Padahal itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Jika ketemu orang baik-baik, amanlah. Tapi jika ketemu manusia ular beludak, justru penderitaan baru akan menimpanya, lebih tidak nyaman ketimbang apa yang dialami di rumah sendiri.

Seperti itu pula nasib yang dialami Lia, gadis belia dari kota Samarinda. Di rumah sendiri yang mestinya diberi motto: rumahku istanaku, justru disebutnya sebagai gubuk derita. Soalnya, dia sebagai anak bungsu dieksploitir oleh kakak lelakinya.  Misalnya si kakak disuruh orangtua, tapi tugas itu kemudian didelegasikan pada Lia. Jika tidak mau ditempeleng. Jika Lia kemudian mengadu, dia bisa babak belur kena hajar berlipat-lipat.

Karenanya Lia tak pernah mau mengadu soal penderitaannya, sehingga orangtua menganggap baik-baik saja. Tak tahan penderitaan di rumah, tanpa pikir panjang dia lalu kabur dari rumah. Tinggalkan orangtuanya, telantarkan sekolahnya. Entah mau jadi apa besok, terserah! Yang penting terbebas dari siksaan di rumah.

Dia kabur dari rumah langsung menuju rumah teman akrabnya. Di sana ketemu cowok bernama Rudi, 20. Mendengar cerita ABG itu, dia tampil mau jadi dewa penolong. Percaya omongan Rudi yang rupanya ahli menata kata, Lia tertarik dan mau saja diajak ke rumahnya yang ternyata sebuah rumah kontrakam. Di rumah itu pula Lia dipacari secara mendalam, sampai diperlakukan bak istri sendiri. Lia mau saja karena Rudi menjanjikan akan segera menikahi.

Berulang kali Lia digauli, tapi tak pernah sampai hamil, mungkin mainnya setengah kopling. Dan jetika Rudi sudah jenuh, tahu-tahu gadis pelarian itu ditawarkan ke medsos sebagai cewek online. Karena Lia cantik dan barang baru, peminatnya banyak. Sekali kencan bayarannya antara Rp 500.000,- sampai Rp 650.000,- semua bebas PPN 10 persen. Dalam sebulan praktek prostitusi online, Lia rata-rata melayani lelaki hidung belang sampai 10 orang. Ironisnya, dari uang lendir itu Lia hanya dibagi Rp 100.000,- lainnya diambil Rudi sendiri untuk beli sabu.

Lia sering protes atas ketidak adilan ini. Caranya, dia tak mau melayani lelaki yang telah memboking dirinya. Tapi Rudi selalu mengancam untuk membunuhnya, sehingga Lia terpaksa melayani dengan linangan air mata. Sebetulnya Lia ingin kabur, tapi Rudi selalu mengawasi dengan ketat.

Sampailah kejadian beberapar hari lalu. Ada seorang bapak-bapak memboking dirinya. Awalnya si bapak menawarkan pekerjaan baru yang halal, dan berhenti jadi pelacur internet. Tapi Rudi selaku germonya tak mengizinkan. Akhirnya si bapak siap memberikan bayaran Rp 1 juta, tapi eksekusinya di hotel saja biar lebih nyaman.

Rudi tertarik dengan tawaran itu, sehingga Lia dan Rudi ikut mobil si bapak. Tapi ternyata mobil tak menuju ke hotel bintang dua atau tiga, justru ketika ada kantor polisi mobil dibelokkan ke sini. Sadar masuk jebakan polisi, begitu pintu dibuka Rudi langsung kabur. “Sialan, mau dapat bayaran gede malah ketemu polisi nyamar.” Kata Rudi sambil ambil langkah seribu.

Polisi terus memburu keberadaan Rudi, sementara Lia yang terlunta-lunta itu dikembalikan pada orangtuanya setelah 6 bulan hilang bak ditelan bumi. Gadis yang dulu cantik dan seger, kini terasa layu bak kembang tak pernah disiram di musim kemarau.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT