JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah Indonesia berkomitmen memprioritaskan permasalahan transisi energi dengan berupaya melakukan mitigasi dan pengurangan emisi.
Hal tersebut diutarakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam topik utama Presidensi G20 Indonesia tahun ini.
Diharapkan Indonesia mampu mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Airlangga melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese di Jakarta, pada Senin (6/6/2022) malam.
Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga menyampaikan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia telah berlangsung lama dan berharap agar hubungan kedua harus lebih dalam daripada sekadar arsitektur saja, namun juga harus membawa kemajuan nyata.
"Kepemimpinan PM Anthony ke depannya akan mewakili momen kunci untuk mengeksplorasi peluang baru. Kami mengapresiasi keputusan Anda untuk menghidupkan kembali kemitraan perubahan iklim Australia dengan Indonesia seperti yang diumumkan hari ini. Kita sekarang perlu mengambil tindakan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan bersama dengan membuka miliaran investasi energi bersih," jelas Menko Airlangga.
Roadmap NZE pertama di Indonesia akan segera diluncurkan, didukung oleh International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transition Program yang didanai Australia.
Berdasarkan analisa IEA, perpindahan Indonesia ke jalur NZE dapat menarik tambahan investasi bersih sebesar US$2 miliar per tahun hingga 2030, dan menciptakan lebih dari 900 ribu lapangan kerja.
"Proyek dengan dampak global dan regional harus menjadi inti dari jalur Indonesia menuju NZE. Kami menyambut baik proyek hidrogen hijau Australia di Indonesia untuk siap tahun ini. Solusi cerdas yang dipimpin oleh industri juga harus mendorong upaya bersama menuju rantai pasok yang lebih tangguh," ujar Menko Airlangga.
Australia juga dapat mempertimbangkan untuk berkontribusi pada Mekanisme Transisi Energi Asian Development Bank (ADB) yang baru antara lain mempercepat pilot project Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS), dan pemanfaatan amonia di pembangkit listrik tenaga batu bara.
Menurut Menko Airlangga, kedua negara dapat bermitra dalam mengembangkan rencana pekerjaan ramah lingkungan untuk memberdayakan masyarakat, sehingga dapat mengambil peluang dalam ekonomi energi baru.
Namun demikian, tahap mengurangi penggunaan bahan bakar fosil tidak dapat dicapai tanpa mengamankan solusi alternatif dan memberdayakan masyarakat.
"Dalam hal ini, Australia dapat bermitra dalam pengembangan keterampilan, semisal dalam beasiswa, pelatihan, pertukaran, akses visa, dan pengakuan keterampilan bersama. Kami mengapresiasi berdirinya Monash University di Indonesia dan mengharapkan lebih banyak lagi Kemitraan Universitas Australia di Indonesia," jelas Menko Airlangga.
Selain itu, sektor manufaktur yang maju adalah salah satu kunci dalam kerja sama ekonomi kedua negara di bawah Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Ke depannya, kedua negara juga menyambut baik kerja sama dalam ekspor otomotif.
"PM Anthony, kami mengharapkan dukungan Anda untuk membantu memobilisasi dan membuka lebih banyak investasi lagi dalam energi bersih baru, yang akan mampu mendorong transformasi produktivitas, inovasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi," pungkas Menko Airlangga. (*/mia)