"SIAPA pejabat yang kegiatannya selalu mendapat reaksi publik?," tanya Yudi di sela maksi di warteg langganannya.
Tak ada jawaban, sejenak hening.
"Bro, tahu nggak?," tanya Yudi lagi.
"Oh lo nanya ke gue? Kirain nanya orang yang lagi lewat. Bentar gue nelen tempe orek dulu," kata mas Bro senyum.
"Belagu lo, ayo jawab. Tahu nggak?," kata Yudi.
"Kalau itu pertanyaannya semua orang juga tahu" kata mas Bro santai.
"Gue nggak nanya orang, tapi nanya lo," kata Yudi.
"Sabar, napsu banget sih " kata mas Bro masih terus mengunyah makanan.
"Bukan napsu, tapi lo yang lelet. Nggak bisa gercep," kata Yudi.
"Kalau sama Anies Baswedan, kok lo jadi sewot gini" kata mas Bro.
"Bukan sewot, tapi penasaran, kenapa bisa gitu. Setiap kegiatannya, apakah itu ucapan maupun perbuatan akan mendapat reaksi publik" kata Yudi.
"Itu berarti sukses," kata mas Bro ngasal.
"Sukses di mananya?," timpal Heri yang baru bergabung maksi bareng.
"Ya, sukses mendapat perhatian publik. Setiap kegiatannya, aktivitasnya, sampai curhatnya soal Formula E saja, disorot publik," kata mas Bro.
"Tapi kalau yang disorot itu kekurangannya, gimana. Gitu juga kalau reaksi publik yang muncul ternyata berisi kritikan?," tanya Heri.
"Itu namanya sukses menerima kritikan. Kalau reaksi publik berupa pujian, berarti sukses menerima pujian," kata mas Bro.
"Itu wajar- wajar saja. Namanya reaksi ada yang positif, ada yang negatif. Ada pujian, ada juga kritikan. Tinggal bagaimana kita menyikapi," ujan mas Bro.
"Tumben otak lo encer juga," kata Yudi.
"Jangan - jangan salah minum obat," canda Heri.
“Ye.. dijawab sewot, nggak dijawab ngambek,” kata mas Bro.
“Udah makan dulu, nasinya nambah nggak,” kata Ayu Bahari, pemilik warteg. (jokles).