ADVERTISEMENT

Bukan Kuping Panci Kok ...

Sabtu, 28 Mei 2022 06:58 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MINYAK goreng kembali menjadi trending topik paling panas di kalangan masyarakat terutama ibu-ibu. Soalnya, pemerintah akan mencabut subsidi minyak goreng curah mulai Selasa 31 Mei 2022.

Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng (migor) curah saat ini Rp14.000/liter. Tapi barangnya sulit didapat. Jangan-jangan harganya bakal meroket. Sama seperti  migor kemasan ketika HET ditetapkan Rp14.000/liter, mendadak jadi gaib, menghilang. Nongol lagi setelah subsidi dicabut dan harga dilepas ke mekanisme pasar.

Nah, kondisi migor curah saat ini persis sama. Migor curah sembunyi dulu, lalu subsidi dicabut, setelah itu harga melesat. Tak heran bila obrolan kaum ibu di mana-mana tema yang dibahas soal migor. Karena memang menyangkut hajat hidup orang banyak.

"Beli minyak goreng aja harus pakai KTP, kok kayak mau bikin ATM. Emangnya kita sekalian mau dibikinin ATM ya ?" sindir satu ibu muda saat ngobrol dengan ibu lainnya kala menjemput anak mereka di TK. "ATM dari langit kalee...," sahut ibu lainnya sambil tersenyum sinis.

Sindiran ibu lainnya tak kalah pedas. Pemerintah dan wakil rakyat di Senayan pun dinilai 'budeg'. Bahkan ketika mahasiswa demo, anggota Dewan dihadiahi korek kuping.

"Kuping mereka (pejabat dan anggota DPR) normal kan ? Bisa mendengar suara rakyat kan. Bukan kuping panci kok!" cetus satu ibu dalam grup arisan.

"Ya sama aja kuping panci dong kalau gak bisa dengar. Bisa juga kupingnya normal, tapi suara rakyat masuk kuping kiri lalu keluar lagi lewat kuping kanan, bablas," sahut ibu lainnya sambil menambahkan gambar emoji lidah menjulur.

"Sudahlah. Goodbye minyak goreng, goodbye gorengan. Hidup Rebus Kukus!!" tulis emak-emak lainnya menghibur diri. Telinga besi memang tidak bisa mendengar. Kalau pun ditabuh, cuma bersuara 'klentang klenting'.  Bukan suara gelegar membela rakyat. (Ird@)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT