JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Setelah 15 tahun, Perusahaan Kopi Starbucks resmi tutup dari Rusia. Penangguhan dari negara tersebut di lakukan pada bulan Maret lalu.
Adapun Starbucks meninggalkan pasar Rusia karena perusahaan Barat lainnya juga keluar setelah perang di Ukraina. Starbucks bergabung dengan perusahaan seperti McDonald's dan Renault untuk keluar secara permanen dari negara itu.
Sekutu AS dan Barat menanggapi perang dengan memukul Rusia dengan sanksi ekonomi yang luas yang bertujuan untuk mengisolasi secara ekonomi dan memotongnya dari sistem keuangan global. Aturan mempersulit perusahaan Barat untuk beroperasi di sana.
Starbucks mulai memasuki Rusia pada tahun 2007 dan kini telah berkembang menjadi 130 kedai kopi, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemegang lisensi. Kini rantai pasokan kopi ke negara tersebut resmi ditutup.
Seorang Juru Bicara Starbucks mengatakan perusahaan telah menghentikan pengiriman ke Rusia pada bulan Maret.
“Membuat keputusan untuk keluar dan tidak lagi memiliki kehadiran merek di pasar (Rusia),” kata Seorang Juru Bicara Starbucks yang dikutip Poskota dalam BBC News pada Selasa (24/5/2022).
Sayangnya, perusahaan kopi ini tidak memberikan rincian dampak keuangan dari keputusannya itu.
Namun, Starbucks akan bertanggung jawab terhadap nasib para karyawannya. Starbucks akan membayar hampir 2.000 karyawan yang bekerja di toko-tokonya di Rusia selama enam bulan.
Alshaya Group yang berbasis di Kuwait, yang memiliki dan mengoperasikan toko Starbucks, mengatakan keputusan untuk menutup gerai adalah pengumuman yang dibuat Starbucks dan merujuk pertanyaan ke rantai kopi.
Kemudian, Alshaya Group juga tidak menyebutkan apakah akan berusaha untuk menjual tokonya atau membuka kembali dengan merek baru.
Pekan lalu, McDonald's mengumumkan bahwa mereka menjual hampir 850 restorannya di Rusia kepada pemegang lisensi saat ini, pengusaha Rusia Alexander Govor, yang diperkirakan akan mengubah citra restoran tersebut.
Awal bulan ini, pembuat mobil Prancis Renault juga mengatakan bisnisnya telah dinasionalisasi dan akan dijalankan oleh entitas pemerintah Rusia, yang mengatakan mereka berharap untuk menghidupkan kembali produksi di bawah merek mobil era Soviet.