Sejarah Singapura, Pulau Mungil Bernama Tumasik yang Dulu Dikuasai Malaka dan Majapahit

Rabu 18 Mei 2022, 15:50 WIB
Potret Singapura tempo dulu. (Foto: Epigram Books)

Potret Singapura tempo dulu. (Foto: Epigram Books)

Titik Kumpul Pedagang Muslim

Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa di antara para pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Lama kelamaan mereka membentuk suatu komunitas tersendiri. Para pedagang ini tidak jarang merangkap menjadi guru agama dan imam.  

Guru-guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada masyarakat Muslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya, Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi’i dan berfaham teologi Asy’ariyah. 

Dalam sejarahnya, Singapura juga pernah berada di bawah kekuasaan Inggris. Pendudukan Inggris di Singapura tidak terlepas dari usaha Stamford Raffles, yang kemudian diangkat sebagai bapak pendiri Singapura. Raffles berhasil menjadikan Singapura sebagai pelabuhan bebas dan pasar internasional di Asia Tenggara. 

Kota ini juga menjelma sebagai kota transit jalur perdagangan antara India dengan Cina, serta menjadi pintu masuk bagi kawasan Asia Tenggara. Berbagai barang perniagaan seperti sutera, keramik, candu (opium), kerajinan, emas berlian, dan sebagainya dengan mudah bisa di dapatkan di sana. 

Dalam merebut Singapura dan merawat daerah jajahan yang masih muda ini, Raffles banyak dibantu oleh Kolonel William Farquhar, yang menjabat sebagai Residen Malaka sejak 1803-1818. Pada tanggal 29 Januari 1819, misalnya Raffles dan Farquhar mendarat di Mauara Sungai Singapura dan bertemu dengan Tumenggung Abdurrahman, pemimpin Melayu saat itu, untuk menandatangani sebuah perundingan. 

Pada tanggal 6 Pebruari 1819, Tumenggung dan Sultan Husein dari Johor telah pula menandatangani sebuah persetujuan pendirian basis dagang bagi East India Company. Perjanjian berikutnya ditanda tangani pada tahun 1824, yang berisi pernyataan bahwa East India Company dan pewarisnya memiliki hak yang kekal atas Singapura dan semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari pantai Singapura.

Demikianlah pendudukan Inggris dimulai, suatu pendudukan yang berdampak sangat besar bagi perkembangan Singapura selanjutnya, terutama bagi perjalanan sejarah Islam dalam masyarakat Melayu. Apa yang dimulai tidak hanya dengan campur tangan tak langsung, akan tetapi juga mengarah pada bentuk intervensi lebih langsung di wilayah-wilayah yang secara tradisional merupakan domain (wilayah kekuasaan) sultan-sultan Melayu, termasuk Islam.

Meski kebijakan Inggris lebih simpatik bila dibandingkan dengan kebijakan Portugis dan Belanda, namun peranan mereka tidak hanya sekedar memberi nasehat, akan tetapi memberi perintah yang harus dilaksanakan.(*)

Berita Terkait

News Update