Yang terpenting, ada kesadaran diri agar kesalahan tersebut segera diperbaiki, dengan acuan utamanya adalah keselamatan rakyat, bukan kerabat, sahabat, konglomerat, dan orang – orang terdekat.
Di sisi lain, di balik kesalahan, tentu tersembul kebaikan yang hendaknya tidak serta merta dilupakan. Sebesar apapun kesalahan yang telah dilakukan seseorang, jangan lantas menghilangkan kebaikan yang pernah dilakukan. Kita wajib menghormati kebaikan yang telah dilakukan oleh mereka yang telah berjasa kepada negeri ini, sejak era perjuangan, kemerdekaan hingga sekarang.
Agama apapun mengajarkan siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain hendaknya membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaknya memuji kebaikan orang tersebut. Tidak punya waktu untuk memujinya, hendaknya mendoakan kebaikannya.
Pitutur luhur mengatakan “ Yen siro dibeciki liyan iku tulisen ing watu, supoyo orang ilang lan tansah kelingan”- Jika kamu menerima kebaikan dari orang liyan, tulislah di batu supaya tidak pernah hilang dari ingatan.
Sebaliknya, “Yen siro gawe kabecikan marang liyan iku tulisen ing lemah supoyo enggal ilang dan ora kelingan”- Jika kamu berbuat baik kepada orang lain, tulislah di tanah supaya lekas hilang dari ingatan. (Azisoko*)