Menurut Jamil, peluang dari dua sosok tersebut sama besarnya. Puan didukung partai terbesar di Indonesia. Basis massa yang besar yang dimiliki PDIP tentu dapat diarahkan untuk memenang Prabowo bila berpasangan dengan Puan. Mesin partai yang besar dan militan menjadi modal untuk menggerakkan massa untuk mendukung Prabowo dan Puan.
"Kalau berpasangan dengan Puan, sudah pasti pasangan ini dapat diusung. Sebab, basis suara dukungan untuk dua partai itu sudah lebih untuk dapat mengusung pasangan Prabowo-Puan," jelas Jamil.
Adapun bila Prabowo berpasangan dengan Khofifah, dukungan besar juga dapat diperoleh. Sebagian besar warga nahdliyin berpeluang mendukung pasangan Prabowo-Puan.
Hanya saja, bila Prabowo berpasangan dengan Khofifah, maka Gerindra harus mencari partai koalisi agar dapat mengusung pasangan tersebut. Tentu tidak mudah bagi Gerindra mencari partai untuk berkoalisi.
"Baik Puan dan Khofifah, sayangnya hingga saat ini elektabilitas masih sangat rendah. Hal itu akan menjadi kendala bagi mereka untuk memenangkan pilpres bila berpasangan dengan Prabowo," kata Jamil.
Namun demikian, Jamil melanjutkan, Prabowo tampaknya akan lebih memilih Puan menjadi pasangannya. Sebab Puan dinilai lebih menguntungkan untuk memuluskan Prabowo maju pada pilpres 2024.
"Sementara Khofifah tampaknya akan tetap di Jawa Timur. Khofifah kemungkinan akan diusung Gerindra untuk ikut Pilgub pada Pilkada serentak 2024. Sementara Khofifah diharapkan dapat mengamankan suara untuk Prabowo pada Pilpres 2024," pungkasnya.(*)