ADVERTISEMENT

Obrolan Warteg: Maaf Tak Sebatas Formalitas

Jumat, 6 Mei 2022 08:30 WIB

Share
Kartun Sental-Sentil
Kartun Sental-Sentil "Obrolan Warteg: Maaf Tak Sebatas Formalitas". (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“BRO lo itu ya, baru saja kemarin minta maaf, eh.. sekarang sudah kumat lagi, mengulang kesalahan yang sama” kata Yudi kepada sahabatnya yang akrab dipanggil si bro di warteg langganannya.

“Maksud lo??” tanya si bro penasaran

“Iya, waktu lebaran kemarin kan lo minta maaf sama bu Ayu, pemilik warteg ini karena sering ngutang,” kata Yudi.

“Lantas?,” kata si bro belum paham.

“Iya barusan kan lo ngutang lagi. Gue pikir setelah lo meminta maaf, menjadi tobat nggak mengulangi lagi perbuatan yang sama, nggak ngutang lagi,” kata Heri menimpali.

“Singit aja lo sama teman..” kata si bro ketus. Kedua sahabatnya itu pun ngikik, lantas berkata, "Berarti permintaan maafmu nggak serius, maaf sebatas formalitas.”

Si bro hendak terpancing, tetapi kemudian menahan diri untuk tidak melayani, apalagi marah. Justru kalau marah, akan menodai makna saling memaafkan yang telah dilakukan sebelumnya.

Si bro pun merenung. Iya, meminta maaf mestinya bukan sebatas formalitas, atau ikut-ikutan. Maaf seharusnya diikuti dengan upaya melakukan perbaikan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.Termasuk soal utang, seharusnya berusaha tidak ngutang lagi, meski pemilik warteg tidak keberatan. Anggap saja sedang menabung.

Ngutang adalah kelaziman dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, berbisnis, termasuk dalam mengelola negara.

Begitu juga soal utang negara. Meski donatur senang-senang saja, tetapi bukan berarti tanpa usaha untuk tidak ngutang lagi dan ngutang lagi.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT