JAKARTA, POSKOTA. CO.ID - Penyakit Hepatitis akut bergejala berat sudah mengakibatkan kematian tiga anak di Indonesia.
Untuk itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan prosedur penanganan penyaki Hepatitis akut bergejala berat pada pasien anak yang belum diketahui penyebabnya. Prosedur ini juga sudah disampaikan kepada tenaga medis.
Dokter Anak Konsultan Gastrohepatologi Hanifah Oswari menuturkan, berdasarkan dokumen Rekomendasi IDAI Pasien Hepatitis Akut Pada Anak yang terbit per 5 April 2022 disebutkan saat ini pemeriksaan Hepatitis D dan Hepatitis E belum tersedia secara luas di Indonesia.
Karena keterbatasan itu, maka skrining awal cukup diperiksakan terhadap Hepatitis A, B, dan C.
"Tenaga kesehatan yang bertugas juga wajib melaporkan tanpa memandang penyebab yang lai," ujar Hanifal yang dilansir Antara.
Alur penapisan kasus probable pada anak difokuskan pada anak usia di bawah 16 tahun dengan diagnosa awal gejala kuning pada kulit badan dan mata, sakit perut akut, diare akut, mual atau muntah, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, myalgia atau arthlalgia.
Jika proses diagnosa medis mengarah pada gejala tersebut, maka pemeriksaan berlanjut pada potensi peningkatan enzim hati (SGOT/SGPT). Bila angkanya di atas 500 u/L, ada kecenderungan terinfeksi Hepatitis.
Setelah itu IDAI merekomendasikan pemeriksaan berlanjut pada IgM anti-HAV untuk mendeteksi adanya antibodi IgM terhadap virus Hepatitis A. Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan HBsAg untuk mendeteksi protein yang terdapat pada permukaan virus Hepatitis B.
Diagnosis Hepatitis C ditegakkan secara klinis, dan didukung dengan pemeriksaan serologi HCV RNA. Jika hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan seluruhnya negatif, maka pasien dapat dikategorikan sebagai probable Hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya.
Bagi pasien probable Hepatitis akut bergejala berat, maka IDAI merekomendasikan perawatan umum berupa perawatan di ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain.
Pada fase itu dokter perlu melakukan monitoring perjalanan klinis terutama kesadaran pasien dan melakukan cek laboratorium. Pasien perlu mendapatkan perawatan di ruang rawat intensif, karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi Hepatitis Fulminan atau gagal hati.