Ukraina Disebut Boneka Barat, Kanselir Jerman Tidak Izinkan Rusia Menang di Ukraina

Rabu 20 Apr 2022, 18:28 WIB
Kanselir Jerman Olaf Scholz (Foto: Instagram/Olafscholz)

Kanselir Jerman Olaf Scholz (Foto: Instagram/Olafscholz)

JERMAN, POSKOTA.CO.ID – Kanselir Jerman Olaf Scholz kembali membuat pernyataan terkait invasi Rusia ke Ukraina pada Selasa (19/4/2022).  Kanselir Jerman tidak izinkan Rusia menang di Ukrainadalam pernyataan tersebut.

Adapun sebelumnya, sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membuat pernyataan bahwa Ukraina adalah ‘boneka’ barat. Lavrov menjelaskan bahwa Zelensky diperalat Barat untuk mengabaikan pelaksanaan perjanjian Minsk, yang jadi landasan proses perdamaian di Donbass.

Kanselir Jerman membuat pernyataan pada konferensi pers menyusul pembicaraan yang diadakan oleh para pemimpin Barat melalui tautan video.

 

Para pemimpin itu termasuk presiden Joe Biden dari AS, Emmanuel Macron dari Prancis, Andrzej Duda dari Polandia, Klaus Iohannis dari Rumania, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Eropa Presiden Komisi Ursula Von Der Leyen dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

"Bersama dengan mitra kami di UE dan NATO, kami sepenuhnya bersatu dalam pendapat bahwa Rusia tidak boleh memenangkan perang ini," kata Scholz.

Adapun sebelumnya Kanselir Jerman berbicara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

 "Berhenti menembaki kota-kota Ukraina. Izinkan untuk segera melakukan gencatan senjata dan menarik pasukan Anda. Hentikan perang yang mengerikan ini,” katanya.

 

Sementara itu, Menlu Rusia Sergey Lavrov menyebut bahwa Presiden Ukraina Zelensky diperalat Barat untuk melawan Rusia.

Keberadaan Ukraina dijadikan umpan meriam bagi Barat dalam perang proksi melawan Rusia.

Lavrov secara implisit menyebut Ukraina sebagai ‘boneka’ Barat yang dipaksa melanggar perjanjian Minsk. Sementara, Kanselir Jerman, sebagai salah satu wakil Barat tidak izinkan Rusia menang di Ukraina. (Firas)

Berita Terkait
News Update