PRANCIS, POSKOTA.CO.ID – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa perang Rusia Ukraina masih lama.
Macron mengatakan pada stasiun radio RTL pada Jumat (7/4/2022) bahwa konflik di Ukraina tidak akan segera berakhir
Presiden Prancis juga mengatakan bahwa kemungkinan konflik akan membawa ke situasi yang lebih sulit dalam beberapa minggu.
"Sayangnya, konflik tidak akan segera berakhir," kata Macron dalam pernyataannya ke stasiun radio RTL, dikutip dari TASS pada Sabtu (8/4/2022).
"Saya percaya bahwa kita akan melihat situasi yang sangat sulit di Donbass dalam beberapa hari dan minggu mendatang," tambah Macron.
"Inilah sebabnya, bersama dengan Turki, Yunani, dan PBB, kami melakukan segalanya untuk mengatur operasi kemanusiaan di kota Mariupol dan Dnepr," kata Presiden Prancis.
Macron menambahkan bahwa Rusia akan menandai kemenangan pada 9 Mei, namun dia juga mengatakana bahwa itu tidak akan terjadi.
Menurut Macron, Rusia juga tidak dapat diharapkan untuk membuat konsensi diplomatik dalam waktu dekat ini.
"Rusia tidak dapat diharapkan untuk membuat konsesi diplomatik dalam beberapa minggu mendatang. Itu tidak akan terjadi sampai pertengahan Mei," kata Macron.
Presiden Prancis juga menekankan bahwa setiap hari permusuhan membuat hari esok lebih sulit.
"Tidak akan ada perdamaian di Eropa jika kita tidak memikirkan hari esok," kata Macron.
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus berdasarkan permintaan dari kepala republik Donbass. Pemimpin Rusia itu menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina dan tujuannya adalah untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.
Sebagai tanggapan, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan sejumlah negara lain mengumumkan sanksi terhadap individu dan entitas Rusia.
Sebagai informasi, Prancis akan mengadakan pemilihan presiden dua putaran pada 10 dan 24 April 2022.
Menurut jajak pendapat, Macron akan memenangkan putaran pertama, memperoleh 27% suara. Selanjutnya dalam pemilu Presiden Prancis, Marine Le Pen dan pendiri partai kiri La France Insoumise Jean-Luc Melenchon diperkirakan akan menempati posisi kedua dan ketiga, masing-masing.
Presiden Prancis saat ini, Emmanuel Macron mengatakan bahwa situasi akan sangat sulit dalam beberapa minggu, terkait konflik Ukraina. Presiden Prancis sebut perang Rusia Ukraina masih lama, dan kemungkinan hingga Mei. (Firas)