ADVERTISEMENT

Suasana Ramadan di Yordania, Warga Hiasi Rumah

Kamis, 7 April 2022 15:30 WIB

Share
Penjualan dekorasi Ramadan di Amman Yordania di tengah pandemi COVID-19 pada 12 April 2021.
Penjualan dekorasi Ramadan di Amman Yordania di tengah pandemi COVID-19 pada 12 April 2021.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

YORDANIA, POSKOTA.CO.ID - Aliaa Rabee setiap Ramadan pasti meluangkan waktu pergi ke sebuah toko di ibu kota Yordania, Amman.

Dia bareng putranya ke sana untuk membeli hiasan Ramadan yang beraneka warna cerah untuk rumahnya. Di antaranya lampu-lampu yang bersinar cemerlang dan lentera kecil keemasan.

Menghiasi rumahnya dengan dekorasi semacam itu menjadi semacam pengingat bagi keluarga Aliaa Rabee mengenai kegembiraan sekaligus nilai-nilai spiritual bulan ini.

“Ramadan punya nilai spiritual khususnya sendiri. Ramadan juga punya suasana yang baik untuk disaksikan bersama dengan anak-anak kita. Saya senang membawa putra saya dan membeli berbagai hiasan ini untuk menandai suasana dan merayakan Ramadan,” ucapnya.

Pasar di pusat kota Amman masih terus dipenuhi orang-orang yang ingin membeli berbagai hiasan. Termasuk di antaranya aneka hiasan berbentuk bulan sabit Ramadan yang diterangi lampu serta miniatur masjid.

Lockdown malam hari diberlakukan pada tahun lalu untuk mengekang penyebaran virus corona. Artinya, banyak orang yang tidak dapat merayakan Ramadan sebagaimana yang mereka harapkan. Demikian dikutip dari Reuters pada Rabu (6/4/2022).

Para pemilik toko pada tahun ini yang diwawancarai Reuters menyatakan kegembiraan mereka menyambut Ramadan. Mereka menyatakan bisnis kali ini jauh lebih baik daripada tahun lalu.

“Periode COVID-19 adalah periode yang sangat suram bagi kita semua,” kata Nidal Wahbah, salah seorang pemilik toko.

Lanjutnya,“Alhamdulillah, kami dapat buka kembali tahun ini dan pandemi berhasil dikendalikan. Permintaan masyarakat pada tahun ini baik karena banyak orang ingin bersukacita menyambut Ramadan dengan menambahkan berbagai hiasan. Pada tahun lalu orang-orang tidak bahagia karena mereka dipaksa untuk tinggal di rumah.”

Pendapat serupa disampaikan pemilik toko lainnya, Ali Barghouthi.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Ignatius Dwiana
Editor: Ignatius Dwiana
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT