JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Golok merupakan senjata tradisional yang identik dengan masyarakat Betawi di DKI Jakarta. Salah satu golok yang disorot di wilayah Ibukota yakni Golok Cakung.
Ketua Umum Padepokan Bedok Latih, Agus Syahadat bersama rekan lainnya memamerkan enam Golok Cakung di kantor Wali Kota Jakarta Timur bertepatan kala Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan datang berkunjung guna menyaksikan panen raya pertanian kota, Selasa (29/3/2022) lalu.
Agus mengatakan bahwa golok khas wilayah Cakung, Jakarta Timur itu sudah diresmikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, sebagai benda warisan budaya Jakarta.
Gubernur Anies Baswedan pula yang meresmikan tujuh Golok Cakung sebagai benda warisan budaya Jakarta.
Tujuh golok itu tersebar dipegang oleh masing-masing pewaris di daerah Pulogebang, Cakung Timur, Cakung Barat, Penggilingan.
"Usaha kita membuahkan hasil, pada tanggal 26 Januari 2022 kemarin, (Golok Cakung), ditetapkan sebagai benda warisan cagar budaya, ini suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagi kami masyarakat Cakung," jelas Agus kepada wartawan.
Agus mengatakan Golok Cakung diperkirakan berusia ratusan tahun dengan disertai kisah bahwa golok tersebut juga dipergunakan masyarakat kala itu guna melawan penjajah.
"Secara turun-temurun diwariskan oleh kakek-kakek kita bahwa Golok Cakung ini sangat tua peradabannya, ada yang 300 tahun sampai 400 tahun, bahkan 700 tahun yang lalu," ujar Agus.
"Golok ini yang panjangnya rata-rata 40 sentimeter digunakan untuk bertempur lawan penjajah saat itu. Jadi Cakung punya peradaban besar terhadap negeri ini hanya memang masih banyak yang belum tahu," imbuh Agus.
Lebih lanjut, bahan dasar pembuatan bilah Golok Cakung meliputi unsur yang terdapat di batu meteor.
Hal ini dibuktikan dengan Uji Kandungan Batu Meteor yang dilakukan Balai Konservasi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 18 Maret 2020.
Hasil dari pengujian yang dilakukan dengan metode X-Ray Fluorescene (XRF) tersebut dijelaskan bahwa Golok Cakung memiliki kandungan unsur besi (Fe), titanium (Ti), seng (Zn), tembaga (Cu) dan kromium (Cr).
"Secara filosofis, logam untuk senjata kuno seringkali ditambahkan bahan meteorit dalam penempaannya. Jenis dan jumlah meteorit digunakan sangat bervariasi sehingga mempengaruhi komposisi akhir dari logam," tertulis dalam lembar hasil pengujian yang dilakukan Balai Konservasi Borobudur.
"Pada lembar hasil pengujian juga disebut, "Kandungan titanium (TI) dapat menjadi salah satu indikasi adanya meteorit, meskipun belum cukup kuat karena kandungannya yang relatif rendah dan unsur titanium juga seringkali secara alamiah dalam bahan besi."
Kata Agus yang menjadi bukti kuat adanya pembuatan Golok Cakung oleh para mpu di masa lalu yakni temuan alat tempa atau paron di belakang Kantor Kecamatan Cakung.
"Yang menguatkan (keberadaan) Golok Cakung ini yaitu adanya alat tempa atau paron di belakang kantor Kecamatan Cakung. Itu yang perlu kita lanjutkan kita bisa klaim golok ini, Golok Cakung karena ada alat tempa," tuturnya.
Ada beberapa ciri khas yang membedakan Golok Cakung dengan pada umumnya.
Menurut Agus, pertama, bagian handle atau gagang biasanya terbuat dari kayu tlogosari, tanduk kijang maupun tanduk kerbau bule.
Lalu, bentuk dari gagang tersebut menyerupai ceker kidang atau kaki kijang. Selain itu, bahan dasar bilah yang terdapat unsur batu meteor serta bilah candung juga jadi faktor pembeda Golok Cakung dengan golok umumnya.
Mengenai perawatannya, lanjut Agus, menggunakan minyak sebagai pelapis alami agar besi pada Golok Cakung tidak mengalami karat. "Paling perawatan kita oles pakai minyak kita bersihkan," tuturnya.
Agus mengatakan karena usianya yang tua dan antik, Golok Cakung ini sempat ditawar oleh kolektor dengan harga mencapai Rp5 juta.
Namun dirinya enggan menjual lantaran Golok Cakung dipandang sebagai warisan budaya khususnya bagi wilayah Cakung sendiri.
"Sebenarnya di data kurang lebih ada 50 golok yang ada di Cakung. Untuk saat ini dipegang oleh pewaris masing-masing tapi tetap di bawah kontrol Suku Dinas (Sudin) Kebudayaan, jadi kalau ada apa-apa saya berkoordinasi, misalnya kalau golok ini mau diwariskan ke siapa, saya bakal lapor ke Sudin," jelasnya. (Ardhi)