SEBAGAI tukang sate, keluar malam sampai pukul 24:00 bagi Dulhamid, 45, sudah biasa. Tapi dia itu sebetulnya penakut. Buktinya dia telpon Ny. Santi, 22, pelanggannya, minta ditemani tidur. Tentu saja Aripin, 25, suaminya marah. Memangnya tak berani tidur sendirian? Dulhamid pun dipentung sampai ndlosor.
Dalam bahasa Indonesia banyak kata yang bisa beda makna hanya karena awalan “pen” dan berakhiran “an”. Misalkan kosa kata “dapat”, ketika diawali pen artinya menjadi pemikiran atau gagasan. Tapi ketika diawali “pen” dan diakhiri “an” justru berubah makna jadi penghasilan. Begitu pula kata “tidur”, bila diawali kata “teman” atau diawali “di” dan diakhiri “i”, maknanya menjadi beda jauh sekali.
Dulhamid tukang sate di Balikpapan Utara, sampai benjol-benjol kepalanya gara-gara urusan tidur. Padahal sebagai pedagang sate keliling, bisa tahan tidak tidur sampai pukul 24:00 demi melayani pembeli sekaligus mencari rejeki. Ironisnya, tidur sendiri saja tidak berani, sehingga minta ditemani Santi yang merupakan istri Aripin. Padahal, misalkan dipenuhi malah tidak bisa tidur, kan?
Dulhamid kenal dengan Santi, karena dia pelanggannya. Dia dapat nomer Santi juga karena sering pesen sate lewat telpon. Maklum, Santi – Aripin ini tergolong pengantin baru, sehigga perlu banyak makan sate kambing muda, demi menambah stamina ketika menjalankan “sunah rosul”. Pokoknya bisa mantheng terus sampai pagi!
Santi ini tergolong cantik, sehingga setiap melihat pengantin baru ini imajinasi Dulhamid jadi berkembang ke mana-mana. Ibarat sepeda motor, kilometernya belum sampai 1.000, sehingga belum perlu ganti olie. Tapi awas, tidak boleh dipakai boncengan dulu, konon mesinnya bisa kurang stabil.
Karena terlalu jauh berimajinasi ini, belum lama ini Dulhamid memberanikan diri telpon Santi malam-malam. Bukan urusan persatean, tapi urusan tidur. “Neng, tolong temani aku tidur malam ini, sekali saja,” Begitu katanya. Santi pun menjawab ketus, “Memangnya tidak berani tidur sendirian?”
Ternyata omongan tukang sate itu disampaikan pada suaminya. Tentu saja Aripin tersinggung. Enak saja, bini orang disuruh menemani tidur. Tidur sendirian memangnya tidak berani? Saking emosinya, malam itu juga Aripin ingin bikin perhitungan. Dia siapkan pentungan potongan kaso 4/6, sambil menunggu Dulhamid lewat.
Benar saja, pas dia lewat Jl. Inpres III Muara Rapak, langsung dicegat. “Apa maksud kamu minta tidur ditemani istriku?” Belum juga menjawab, langsung saja kepala dan kening Dulhamid dipentung balok tersebut. Tentu saja Dulhamid langsung ndlosor tersungkur. Dia dilarikan warga ke Rumah Sakit, sementara Aripin diamankan polisi.
Gara-gara ngajak tidur bini orang, bisa tidur selamanya lho. (GTS)