Negara Paling Tidak Bahagia Adalah Afghanistan

Rabu 23 Mar 2022, 20:00 WIB
Antrian roti gratis yang dibagikan sebagai bagian dari kampanye melawan kelaparan di sebuah toko roti di Kabul Afghanistan pada 18 Januari 2022.

Antrian roti gratis yang dibagikan sebagai bagian dari kampanye melawan kelaparan di sebuah toko roti di Kabul Afghanistan pada 18 Januari 2022.

AFGHANISTAN, POSKOTA.CO.ID - Negara paling tidak bahagia di dunia adalah Afghanistan. Bahkan ini sebelum Taliban berkuasa kembali pada pertengahan Agustus lalu.

Hal ini terungkap dalam Laporan Kebahagiaan Dunia yang dirilis pada pekan ini.

Afghanistan dalam laporan tahunan itu sebagai negara terakhir di antara 149 negara yang disurvei dengan tingkat kebahagiaan hanya 2,5.

Lebanon menjadi negara paling menyedihkan kedua di dunia. Disusul Botswana, Rwanda, dan Zimbabwe yang ada di lima terbawah dalam daftar itu.

Para peneliti memberi peringkat negara-negara itu setelah menganalisis data selama tiga tahun. Mereka mengkaji beberapa kategori. Termasuk produk domestik bruto (PDB) per kapita, jaring pengaman sosial, harapan hidup, kebebasan membuat pilihan hidup, kemurahan hati penduduk dan persepsi tingkat korupsi internal dan eksternal.

Afghanistan menunjukkan hasil buruk di semua enam kategori. Hasil tersebut membuat bingung karena muncul sebelum Taliban berkuasa kembali pada Agustus lalu. Padahal Amerika Serikat dan dunia internasional telah menanamkan investasi selama 20 tahun.

Menurut laporan inspektur jenderal khusus AS untuk Afghanistan, AS sejak 2002 telah menghabiskan 145 miliar dolar untuk pembangunan di Afghanistan. Namun, tetap saja ada isyarat meningkatnya keputusasaan.

Gallup pernah melakukan jajak pendapat pada 2018 dan mendapati bahwa hanya sedikit orang Afghanistan yang mereka survei memiliki banyak harapan untuk masa depan. Mayoritas mengatakan mereka tidak punya harapan untuk masa depan.

Korupsi yang berlangsung bertahun-tahun, meningkatnya kemiskinan, kurangnya pekerjaan, meningkatnya orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, pembangunan tidak menentu, yang ketika semuanya digabungkan akan memunculkan keputusasaan yang parah menurut analis Nasratullah Haqpal.

Sebagian besar warga Afghanistan memiliki harapan besar setelah 2001 ketika Taliban digulingkan dan koalisi pimpinan AS menyatakan kemenangan.

“Sayangnya satu-satunya fokus adalah pada perang, panglima perang, dan politisi korup,” ujar Nasratullah Haqpal.

“Orang-orang menjadi semakin miskin, semakin kecewa, semakin tidak bahagia. Itulah sebabnya mengapa 20 tahun investasi di Afghanistan ambruk hanya dalam 11 hari,” ujarnya.

Pernyataan Nasratullah Haqpal ini merujuk pada serangan kilat Taliban di seluruh negara itu sebelum menyapu Ibu Kota Afghanistan, Kabul, pada pertengahan Agustus lalu.

Laporan ini mengingatkan usai berkuasanya kembali Taliban maka tingkat kebahagiaan Afghanistan mungkin turun lebih jauh tahun depan.

Perekonomian saatnya anjlok ketika kelompok itu beralih dari memberontak ke memerintah. ***

Berita Terkait

News Update