ADVERTISEMENT

Megawati Kritik Emak-emak Antre Minyak Goreng, Politikus Golkar: Sekalian Ramai-ramai Kita Boikot

Minggu, 20 Maret 2022 07:28 WIB

Share
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57, Ridwan Hisjam. Ridwan yang juga politikus Partai Golkar mendukung pernyataan Megawati terkait polemik minyak goreng. (foto: kolase diolah dari google)
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57, Ridwan Hisjam. Ridwan yang juga politikus Partai Golkar mendukung pernyataan Megawati terkait polemik minyak goreng. (foto: kolase diolah dari google)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Fenomena antre minyak goreng di Indonesia menjadi sorotan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Ia menyorot banyaknya emak-emak yang rela mengantre panjang demi mendapatkan 1 liter minyak goreng.

Megawati pun memberikan saran, bila mengolah makanan tidak hanya digoreng, tapi bisa juga dengan cara lain, seperti direbus atau dikukus.

Pernyataan Megawati tersebut pun mendapat dukungan Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57, Ridwan Hisjam. 

Sama dengan Megawati, politikus Partai Golkar ini menilai, masyarakat tak perlu berburu minyak goreng murah dengan desak-desakan mengantre. Masyarakat bisa memilih cara masak yang lain, tanpa harus ketergantungan dengan minyak goreng. Misalnya dengan direbus, atau dikukus.

"Apa yang disampaikan Ibu Mega benar, masyarakat tidak perlu heroik dengan adanya kelangkaan minyak goreng yang membuat antrean panjang. Kalau memang tidak ada minyak goreng, atau ada tapi harganya mahal, ya sudah tidak perlu dibeli, ganti masakan dengan cara merebus atau dikukus," ujar Ridwan saat dihubungi, Sabtu, 19 Maret 2022.

Lagi pula kata Ridwan, masakan dengan cara direbus, atau dikukus jauh lebih sehat daripada digoreng dengan minyak sawit karena mengandung kolestrol tinggi.

Untuk itu, Ridwan mengajak masyarakat agar tidak ketergantungan dengan minyak goreng sebagai media memasak.

"Kita bisa kembali ke zaman dulu, minyak goreng kemasan itu kan baru ada tahun 90-an. Dulu orang tua kita itu justru lebih senang memasak dengan rebusan, atau dikukus, dan nyatanya waktu belum ada minyak goreng, masyarakat tidak ada masalah, sehat-sehat saja," terang Ridwan.

Ridwan mengatakan, dengan kejadian seperti saat ini, justru bisa menjadi kesempatan bagi masyarakat membuat gerakan boikot minyak goreng. Ridwan juga menyayangkan minyak goreng saat ini harganya jauh lebih mahal dari sebelumnya karena permainan para mafia yang sengaja menimbun minyak goreng untuk keuntungan pribadi.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT