Harga Pangan Melejit, Klaim Surplus Kementan Dipertanyakan

Selasa 08 Mar 2022, 23:03 WIB
Suasana Pasar tradisional di kawasan Senen, Jakarta Pusat. (foto: yono/ist)

Suasana Pasar tradisional di kawasan Senen, Jakarta Pusat. (foto: yono/ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Klaim soal swasembada pangan oleh Kementerian Pertanian menuai pertanyaan sejumlah pihak. Pasalnya, beberapa bulan belakangan, gejolak harga sejumlah komoditas pangan terjadi hampir bersamaan.

"Inikan selalu menjadi satu kontroversi. Kalau kita mengatakan produksi pangan kita baik kenapa Indonesia mesti mengimpor. ini yang harus dievaluasi. jangan kita bilang surplus, tetapi barangnya tidak ada. Kalau memang ada surplus, barangnya ada dimana? Ayo kita cek dan lihat secara bersama-sama. kita tidak cukup hanya dengan statemen," kata Anggota Komisi IV DPR RI Firman Subagyo, kepada wartawan, dikutip Poskota.co.id, Selasa (8/3/2022).

Melihat hal ini, ia pun mempertanyakan kinerja Kementan yang seharusnya fokus mengamankan produksi pangan. 

"Kalau kita tidak menyiapkan diri sebaik-baiknya maka akan muncul dua krisis besar di dunia ini yaitu krisis energi dan juga krisis pangan," ujarnya. 

Ia melihat, produksi pangan Indonesia belum bisa diharapkan. Diakui, untuk mencapai swasembada pengan memang bukan perkara mudah. Tapi, Indonesia harus mempersiapkan dengan maksimal.  

Langkah yang seharusnya dilakukan pemerintah, kata Firman, adalah menginventaris seluruh lahan yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produksi pangan. 

"Ukurannya sangat sederhana. Kalau 2019 yang lalu, anggaran (Kementan) kan sekitar Rp6 triliun, sekarang sudah puluhan triliun. Dengan anggaran puluhan triliun itu sangat mudah mengukurnya. Kementan itu outputnya produksi pangan, kalau sampai sekarang itu kita masih impor, berarti itu kegagalan, ada miss management," tandasnya. 

Polisi Partai Golkar ini merujuk pernyataan PBB yang sempat merilis soal pentingnya mengantisipasi kebutuhan pangan, sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat signifikan. Negara dengan jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia pun diminta bersiap karena diyakini akan lebih merasakan dampaknya. 

"Kita tidak boleh bergantung pada negara lain karena impor," ucapnya.

Sekadar Retorika

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas menuturkan, gejolak kenaikan harga sejumlah komoditas yang terjadi belakangan, lebih banyak terjadi akibat faktor dari perdagangan komoditas secara global. Kenaikan harga makin terasa mengingat untuk komoditas pangan, Indonesia sangat mengandalkan pasokan impor.

Berita Terkait
News Update