MOSKOW, POSKOTA.CO.ID – Rusia melalui federasi sepak bolanya (RFU) mengajukan banding ke Pengadilan Arbistrase Olahraga (CAS) karena tidak terima timnas dan klub-klub sepak bolanya mendapat sanksi dari FIFA serta UEFA.
"RFU akan meminta pengembalian hak bertanding untuk timnas pria dan wanita Rusia di seluruh ajang sepakbola yang mereka ikuti (termasuk Kualifikasi Piala Dunia di Qatar), dan juga kompensasi atas kerugian yang didapat," ujar pernyataan RFU yang dikutip Reuters, Kamis, 3 Maret 2022.
Sebelumnya FIFA mencoret Rusia dari Playoff Piala Dunia 2022 sehingga tidak bisa mengikuti turnamen di Qatar tersebut akhir tahun ini.
Sanksi ini merupakan imbas dari invasi Rusia ke Ukraina, di mana klub-klub dari Rusia langsung dicoret dari kompetisi-kompetisi antarklub Eropa di bawah naungan UEFA.
Tim Rusia juga dilarang menggunakan bendera dan nama negara mereka saat berlaga di event internasional, serta klub-klub dan timnas juga diharuskan bermain di luar Rusia dan tanpa penonton.
Rusia dirugikan dengan keputusan UEFA dan FIFA karena tidak mempunyai batas waktu dan semakin memukul mereka karena banyak kerjasama sponsor yang dihentikan karena agresi militer Rusia tersebut.
Bahkan, olahraga non-sepakbola juga terkena imbas sehingga membuat atlet-atlet Rusia dikucilkan.
Tak ingin masalah ini jadi berkepanjangan, RFU resmi melayangkan surat banding kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) untuk melawan keputusan FIFA dan UEFA.
Berkunjung Ke Makam Embah Uyut Kranggan, Makam yang Melegenda di Bekasi
Rusia berharap bisa mendapatkan haknya kembali untuk bertanding di kompetisi sepak bola pria maupun wanita.
Bahkan RFU juga meminta dispensasi agar hukuman ditangguhkan sementara selama proses banding itu, karena harus menghadapi Swedia di semifinal Playoff Piala Dunia 2022 24 Maret, meski tim lawan menolak.
"Untuk memastikan kehadiran tim-tim Rusia dalam pertandingan berikutnya, RFU meminta proses kasus ini dipercepat. Jika FIFA dan UEFA menolak langkah ini, maka bakal ada persyaratan yang diajukan untuk penangguhan sementara hukuman FIFA dan UEFA itu." (Rizki Febianto)