Anggota Polisi Loncat dari Angkot Diduga Stres, Kenali Penyebab 'Pria Tangguh' Bisa Mengalami Depresi Berat Hingga Bunuh Diri

Jumat 18 Feb 2022, 10:20 WIB
Pria diduga polisi ditemukan terkapar di Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (17/2/2022) (ist)

Pria diduga polisi ditemukan terkapar di Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (17/2/2022) (ist)

Mereka melihatnya dari sikap tidak boleh menangis, tidak emosional atau gampang berubah mood, selalu berusaha sehat secara fisik, dan senang mengambil risiko.

Mereka menemukan bahwa pria yang skor maskulinitasnya tinggi berisiko 2,4 lebih tinggi untuk bunuh diri dibandingkan pria yang skornya rendah.

Dengan kata lain, pria yang dituntut untuk jadi tangguh justru memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi.

Para pria tersebut juga lebih banyak yang pernah memakai senjata, dikeluarkan dari sekolah, berkelahi dengan orang lain, atau kabur dari rumah.

Selain itu, kemungkinan anggota keluarganya meninggal akibat bunuh diri pun lebih besar.

Kenapa pria lebih rentan bunuh diri?

Ada beragam faktor yang kerap memancing seorang pria untuk bunuh diri. Beberapa faktor yang paling umum antara lain sebagai berikut.

- Hidup sendiri atau terisolasi dari masyarakat.
- Tidak bisa membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
- Putus cinta, bercerai, atau kematian pasangan.
- Konsumsi narkoba atau alkohol untuk mengalihkan emosi dan stres.
- Di-bully di sekolah, kampus, atau tempat kerja.
- Tidak tahan dipenjara.
- Stres berat akibat lama menganggur.
- Trauma akibat kekerasan fisik dan seksual.
- Menderita penyakit kejiwaan atau penyakit lain yang mengurangi fungsi tubuh.

Faktor-faktor tersebut dapat memperkuat niat bunuh diri ketika pria yang mengalaminya dituntut untuk menjadi tangguh. 

Norma tradisional ini menekankan bahwa pria harus kuat dan tidak boleh bergantung pada siapa pun.

Para pria yang stres akhirnya tidak punya tempat untuk mengungkapkan emosinya.

Mereka cenderung menolak keadaannya, menyimpan dan merasakan sendiri keluhan yang dialami, serta berusaha mengatasinya sendiri tanpa bicara kepada orang lain.

Akibatnya, penyakit kejiwaan seperti depresi lebih sulit didiagnosis pada pria.

Berita Terkait

News Update