JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Huru hara di Desa Wadas masih menyisakan ketegangan antara warga dan aparat bersenjata. Protes massa terhadap penambangan andesit yang direstui pemerintah setempat hingga kini masih berlangsung.
Tak lama setelah konflik itu meledak, warga Desa Wadas terpecah. Mereka yang mendukung upaya eksploitasi alam itu bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan bercengkrama membahas pembayaran lahan.
Di sisi lain, warga yang tak terima lahannya dieksploitasi tetap melakukan perlawanan, meski kerap kali mereka terhalang oleh aksi represif aparat.
Terbelahnya warga Desa Wadas pertama kali diungkap oleh jurnalis Tempo Shinta Maharani. Dia yang meliput ketegangan di salah satu Desa di Purworejo, Jawa Tengah itu melakukan kunjungan ke lokasi kejadian pada Kamis (10/2/2022).
Lihat juga video “5 Makanan Wajib Saat Perayaan Imlek 2022”. (youtube/poskota tv)
Shinta Maharani menceritakan dirinya mendapat perlakuan intimidatif dari warga setempat yang pro terhadap upaya pengerukan batu andesit guna berlangsungnya proyek pembangunan Bendungan Bener.
Saat melakukan kunjungan, Shinta disambut dengan acungan jari dari dua orang yang tak dikenal tepat di hadapan mukanya.
Parahnya, dua orang tersebut menyerukan kalimat tudingan yang mengatakan kalau Media Tempo telah menyebarkan informasi bohong terkait konflik di Desa Wadas.
Shinta menceritakan awalnya ia mendapatkan tugas dari Majalah Tempo dan Koran Tempo untuk membuat laporan tentang konflik rencana pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo.
Shinta diminta mewawancarai para pendukung pertambangan batu andesit di Desa Wadas untuk keperluan Bendungan Bener.
"Ketika wawancara berlangsung dengan dua warga, tiba-tiba ada dua orang perempuan dan laki-laki nimbrung sambil marah-marah," tutur Shinta.
Wawancara yang dilakukan Shinta bertepatan saat kunjungan Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat dengan warga Desa Wadas usai.