Kades Kencani Bini Sekdes, Akhirnya Dipaksa Mundur

KADES dekat dengan Sekdesnya itu sudah jamak. Tapi di Lampung, Kades Sumadi, 45, justru dekat dengan istri Sekdes, Inayah, 35. Saking dekatnya, mereka pun tidur bareng, sehingga digerebek dan kemudian diarak warga. Dalam sidang di balai desa, Kades Sumadi menyatakan siap mundur dari jabatannya.

Kades itu posisi yang lebih enak ketimbang presiden. Kepala negara hanya menjabat paling lama 2 periode (10 tahun), sedangkan Kades bisa 3 periode (18 tahun). Tapi tentu saja jika punya prestasi, dan tingkat kepuasan warga di atas 60 persen. Jika yang puas hanya 33 persen, sementara yang kecewa 67 persen, jangan harap bisa masuk di periode ke-2. Justru dia didoakan warga kapan segera lengser dari jabatannya, warga sudah sebel dengan Kadesnya yang hanya ahli menata kata.

Kades Sumadi dari Kecamatan Waysulan Kabupaten Lampung Selatan, termasuk Kades yang kurang disukai warganya. Soal kinerja membangun desa, bolehlah. Dana desa yang diterima setiap tahunnya hampir Rp 1 miliar bisa diserap dengan baik. Infrastruktur di desa dibangun di mana-mana, termasuk saluran irigasi untuk pertanian.

Saluran irigasi memang jempolan, tapi saluran syahwat Pak Kades yang kebablasan. Sudah ada istri dan sejumlah anak, ternyata masih kepengin menjadikan Bu Sekdes Inayah sebagai ajang penyaluran syahwatnya. Maklum bini Pak Sekdes itu di samping lebih muda ketimbang “kendaraan” Pak Kades, juga cantik penampilannya. Andaikan sepeda motor, mau rasanya tukar tambah sama yang di rumah.

Bagaimana ceritanya kok Pak Pekon (istilah Kades di Lampung) bisa naksir bininya Sekdes Parlan, 40, yang bukan rekanan kerja. Ya gara-gara hubungan kerja dengan suaminya itulah, kemudian berkembang sampai ke hubungan intim. Tentu saja ini semua didukung oleh kemampuan Pak Kades menata kata.

Karena Parlan adalah Sekdesnya wajarlah  Kades Sumadi suka mampir ke rumahnya. Cuma ya itu tadi, jika ada Parlan, pertemuan seperlunya saja. Tapi jika Sekdesnya tak di rumah, yang tidak perlu-diperlukan Pak Kades untuk bisa ngobrol lama dengan istrinya. Awalnya ngobrol biasa saja, tapi lama-lama ke hal yang sensitip. Bukan  soal jin buang anak, melainkan jin bikin anak. Yang mau bikin ya Pak Kades sendiri, sepanjang Inayah ridla sebagai mitra ranjangnya.

Ternyata lama-lama Inayah memang memberikan lampu hijau. Awalnya hanya sekedar jalan bareng ke suatu tempat,  tapi pada akhirnya berani tidur bareng dengan segala aktivitasnya. Awalnya di luar rumah (penginapan), tapi bila sikonnya sangat menujang, di rumah Parlan pun jadilah.

Warga sebetulnnya sudah sejak 3 lalu mencermati aktivitas Pak Kade ke rumah Sekdes Parlan. Ketika kemudian Pak Kades sering keluar bersama Bu Sekdes, warga mulai bertanya-tanya, kok sekarang nampaknya Pak Kades akrab sekali dengan Bu Sekdes. “Jangan-jangan ada skandal antara keduanya....,” bisik warga.

Beberapa hari lalu tengah malam kembali Pak Kades menemui Inayah di kala Parlan suaminya tak di rumah. Ketika diintip, busyet dah....... ketika Covid-19 kembali naik, kokdi kamar Sumadi-Inayah tak jaga jarak. Sesuai prokes minimal 1,5 meter, ini malah nol meter alias adu puser. Langsung saja pintu digedor-gedor, agar segera dibuka, Pak Kades mencoba kabur lewat jendela. Tapi baru mau loncat, eh......di luar warga sudah siap menangkapnya. Adegan ini mengingatkan pada kisah kampanye AHY ketika Nyagub DKI tahun 2017. Dia moshing dengan cara terjun dari panggung dan langsung ditangkap pendukungnya. Sedangkan Kades Sumadi, saat “moshing” tak ada yang menyambutnya. Baru setelah terjatuh akibat loncat jendela, dia ditangkap warga dan kemudian diarak ke balai desa.

Malam itu juga disidangkan disaksikan petugas kepolisian. Untung bisa didamaikan, tapi dengan syarat Kades Sumadi harus mengundurkan diri dari jabatannya. Dan ternyata Pak Pekon siap, dia menandatangani sebuah pernyataan yang bermeterai Rp 10.000,- Srett sret.....selesai.

Persis ketika masuk kamar Inayah, sret sret sret.....semuanya tersedia. (GTS)