ADVERTISEMENT

Sedih! Akibat Pandemi dan Serbuan Belanja Online, Pasar Poncol Jakpus: Dulu Meraja Sekarang Malah Merana

Minggu, 6 Februari 2022 16:06 WIB

Share
Kondisi dan Barang-barang bekas yang dijual di Pasar Poncol, Senen, Jakarta Pusat. (cr10)
Kondisi dan Barang-barang bekas yang dijual di Pasar Poncol, Senen, Jakarta Pusat. (cr10)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Siapa yang tak mengenal Pasar Poncol Jakarta Pusat, yang dikenal menjadi surga bagi para pemburu barang-barang bekas dan antik dengan harga miring di Ibu Kota Jakarta.

Pasar yang letaknya bersebelahan dengan Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat ini menjajakan barang-barang bekas hingga baru mulai dari pakaian, alat-alat elektronik, suku cadang kendaraan, alat musik, kamera, telepon seluler, perkakas bangunan, serta berbagai kebutuhan lainnya semua tersedia di pasar yang sudah eksis sejak tahun 1960-an ini.

Namun tak dapat dipungkiri, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat masyarakat kini mulai beralih untuk berbelanja secara online melalui aplikasi e-commerce yang mereka unduh di ponsel.

Karena hal tersebut pula lah yang menyebabkan angka penjualan di pasar tradisional, khususnya Pasar Poncol, Jakarta Pusat saat ini mulai melesu.

Terlebih, selain praktis, berbelanja online juga sangat dipilih masyarakat pada masa pandemi Covid-19 ini dengan alasan protokol kesehatan.

Felix (52) misalnya, pedagang barang-barang elektronik bekas di Pasar Poncol ini kepada Poskota.co.id menuturkan, bahwa selama pandemi Covid-19 berlangsung, omzet kiosnya mengalami penurunan hingga hampir setengah dari omzet yang biasa ia dulang sebelum adanya pandemi Covid-19.

“Memang saat pandemi ini menurun hampir separuhnya, ini kita bisa bertahan dari jual secara online sementara ini,’ ujar Felix saat ditemui di Pasar Poncol, Jakarta Pusat, Sabtu (5/2/2022).

“Omzetnya gak bisa diprediksi ya, kadang banyak kadang juga gak bawa uang ke rumah. Untuk berapanya sih gak pasti, tapi insyaAllah di atas Rp. 100 ribu per hari ada aja,” lanjutnya.

Dia mengungkapkan, bahwa sebelumnya kawasan Pasar Poncol sangat banyak didatangi pengunjung yang ingin berburu barang-barang bekas berkualitas dengan harga yang terjangkau.

“Sebelum pandemi itu banyak yang datang ke sini, karena kan udah terkenal juga namanya Pasar Poncol, apalagi kan aksesnya mudah dijangkau, naik kereta atau bus juga sampai di sini. Sam itu, barang-barang bekas di sini juga udah terkenal kualitasnya, biar bekas, murah tapi berkualitas barang di sini itu,” ungkapnya.

Lebih lanjut, pedagang yang sudah 25 tahun menjajakan dagangannya di Pasar Poncol itu mengatakan, apabila situasi ekonomi dan daya beli masyarakat tidak kunjng membaik, bisa saja para pedagang Pasar Poncol akan beralih berjualan secara online guna mengurangi biaya pengeluaran yang harus dikeluarkan saat berjalan secara konvensional.

“Yang bikin berat itu biaya operasionalnya, inikan kami sewa kios Rp1,5 juta per bulan listriknya Rp90 ribu per bulan, sama uang keamanan dan kebersihan Rp 5 ribu per hari. Kalau ada pemasukan sih gak jadi masalah, tapi kalau gak ada yang beli atau katakanlah sedikit yang belinya, bisa gak kekejar untuk biaya sewa kios kita,” jelasnya.

“Ya dengan secara online ini memang membantu, saya juga ada pemikiran mau berjualan online aja. Tapi saya berah hati juga sih buat ninggalin tempat yang udah kasih saya rezeki untuk sekolahin anak sampai sarjana,” tukas dia.

Selaras dengan Felix, Maulana (59) pedagang perkakas bangunan di Pasar Poncol juga menyampaikan keluhannya akan lesunya angka penjualan di kiosnya selama 2 tahun belakangan ini.

“Tentu ada, selama pandemi Covid-19 ini penghasilan kita benar-benar menurun gak seperti biasanya,” kata dia.

Papar Maulana, dalam sehari sebelum Pemerintah menyatakan Indonesia berada dalam situasi pandemi Covid-19, omzet yang bisa ia dulan dalam sehari berjualan di Pasar Poncol, Jakarta pusat itu bisa ia dapatkan sampai Rp500 ribu-600 ribu per hari.

Namun, selama masa pandemi Covid-19, ia mengaku hanya mendapatkan omzet sekitar Rp100 ribu per harinya.

“Kalau omzet per harinya itu ada lah bangsa Rp100 ribu mah, tapi selama pandemi ini aja dagangan kita jarang ada yang beli,” bebernya.

“Ya paling untuk sekarang ini sih ikutin yang lain, kita muali jual online lewat Facebook atau kita minta daftarin ke anak buat bisa jualan di e-commerce,” pungkasnya. (cr10)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT