Punya Istri Cukup Cantik Babu-babu Pun Diterjang

Jumat 21 Jan 2022, 07:02 WIB

SEBETULNYA istri Wahidun (40), cukup cantik, tapi dia masih bujang juga. Lho apa itu, bujang dalam arti lajang? Bukan! Di sini artinya: babu-babu pun diterjang. Nah gara-gara Wahidun malah mengeloni Inem (30), pembantu  yang nan seksi, Titik (35), memilih mengalah dalam arti minta cerai sajalah.

Jaman Orde Baru dulu, pejabat sering mengingatkan, janganlah mendikotomikan (mempertentangkan) antara sipil dan militer. Sebab dua-duanya  merupakan komponen bangsa, untuk mengisi kemerdekaan dan membangun negara. Tapi jangan lupa,  sipil pun bisa bersikap sok militeris, sementara militer pun bisa bergaya sipilis. Tapi awas, jangan salah pengertian dengan sipilis dalam arti penyakit kelamin lho ya!

Nah, di era reformasi sekarang, Wahidun warga Semarang (Jateng) juga tak mau mendikotomikan antara majikan dan pembantu. Dia membuktikan dengan karya nyata. Di rumah dia tak ada kamar untuk pembantu, tak ada kamar mandi untuk pembantu. Satu kamar mandi, satu toilet, dipakai bersama-sama. Inem yang bekerja sebagai pembantu rumah juga menggunakan toilet dan kamar mandi yang dipakai majikan.

Bagaimana dengan tempat tidur? Lha ini yang sangat riskan!Wahidun juga membiarkan Inem pembantu itu tidur di kamarnya, atau Wahidun sendiri yang tidur di kamar Inem. Tentu saja semua itu terjadi ketika istrinya, Titik, masih di kantor. Walhasil, ketika istri sibuk kerja di sebuah perusahaan swasta, di rumah Wahidun sibuk pula ngerjain pembantunya.

Skandal ini bisa terjadi lantatan sebab dan akibat. Titik yang kerja sampai lembur, sering tak sempat melayani suami dalam urusan ranjang. Alasannya capek dan ngantuk. Sekali dua kali Wahidun bisa memaklumi, tapi kalau sudah menjadi sebuah rutinitas, ya “si jendul” yang protes. Sampai kemudian dalam hati Wahidun bilang, “Memangnya perempuan hanya kamu seorang?”

Ketika hari-hari malam selalu kosong tanpa makna, Wahidun memang mulai melirik pembantunya, yang kini istilahnya diganti asisten rumahtangga. Kalau wajah sih biasa saja, sangat standar, tapi bodinya meck......, kaleng semua, bebas dempul, sekel nan cemekel. Oleh karena itu ketika istri sedang di kantor Wahidun mulai lobi-lobi politik, kadang mulai main towel pantat saat Inem mencuci.

“Jangan begitu Pak, saya kan hanya pembantu. Kasihan ibu....” kata Inem pembantu seksi tersebut. Tapi jawab Wahidun benar-benar mblubut (tak tahu malu),  sambil cengengesan dia bilang, “Biar kamu pembantu, yang penting rasanya Bung!” Menghadapi  majikan yang nekad, Inem pun mulai berani. “Memangnya sudah nyobain?” ujarnya memancing. Jawab Wahidun makin nekad, “Ya kalau boleh dan mau!”

Lampu hijau telah menyala, karpet merah sudah digelar, mau apa lagi? Maka Inem pun langsung digelandang ke kamar, dan terjadilah hubungan terlarang itu.  Bujang dalam arti babu-babu diterjang benar-benar telah terjadi. Dan sejak itu asal situasinya mantap terkendali Wahidun melampiaskan hajatnya, kadang di kamar pribadinya, kadang di kamar Inem sendiri. Dan mereka pun semakin intim saja, antara majikan dan pembantu tak ada lagi jarak, padahal di masa pandemi Covid-19 ini jaga jarak masih diperlukan.

Keakraban majikan dan pembantu itu rupanya terdeteksi oleh tetangga dan hal ini disampaikan kepada Titik selaku istri Wahidun. Awalnya dia tak percaya, tapi ketika Inem hendak pulang kampung kok Wahidun maksa banget mau ngantar pakai mobil, barulah Titik percaya. Dan tambah percaya lagi ketika di mobil sempat-sempatnya Wahidun mencium si Inem. Dada Titik langsung berdesir hebat.

Ketika suami pulang, Titik langsung dengan tegas mengatakan, Inem tak usah kembali lagi, kecuali dirinya telah diceraikan. Dan hari itu juga dia mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Semarang. “Kalau aku sudah sampeyan cerai, kalian mau kelonan sehari sepuluh kali, ya silakan saja!” kata Titik tegas.

Sepuluh kali? Apa nggak gempor? (GTS)

Berita Terkait
News Update