Oleh: Tatang Suherman, Wartawan Poskota
SERINGKALI kita mendengar istilah kuda hitam. Biasanya istilah itu akrab kita dengar dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Selain kuda hitam, ada pula istilah underdog yang dikaitkan dalam sebuah kompetisi sepakbola.
Dalam politik, kuda hitam atau underdog pernah disandang Jokowi ketika maju dalam "pertarungan" DKI 1 pada tahun 2012.
Lawannya, Fauzi Bowo, Gubernur Petahana yang diunggulkan.
Sementara Jokowi dianggap kuda hitam atau underdog.
Hasil dari Pilkada 2012 DKI itu menunjukkan bahwa calon underdog atau kuda hitam ini berhasil menang.
Jokowi menjadi gubernur DKI Jakarta.
Tiga tahun sebelum pesta demokrasi, pemilihan presiden RI yakni 2024 beberapa nama seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil paling banyak digadang-gadang bakal bersaing di 2024.
Beberapa bulan terakhir, nama-nama itu selalu menguasai hasil survei. Bisa jadi karena mereka aktif di media sosial.
Baik Prabowo, Anies, Ganjar dan Ridwan Kamil saling mengalahkan tergantung siapa yang melakukan survei.
Di antara para kandidat yang mendapat tempat bagus pada survei belakangan ini, ada sejumlah nama yang juga disebut-sebut bakal ikut kompetisi di 2024 nanti.
Salah satunya adalah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartato.
Airlanggalah yang dianggap sebagai underdog atau kuda hitam.
Adalah pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah yang menganggap Ketua Umum DPP Partai Golkar ini sebagai kuda hitam bagi lawan politiknya.

Airlangga Hartarto apresiasi hubungan baik Golkar dengan Gubernur Jatim, dimana Khofifah mengatakan di bawah kepemimpinan Airlangga, perekonomian nasional terbukti nndal dari ancaman krisis pandemi Covid-19. (Foto/dpdgolkarjatim )
Alasan dia, tren Airlangga terus meningkat walau elektabilitasnya hingga kini masih rendah.
Fakta di masyarakat, sang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini sudah mendapat dukungan kalangan milenial di Bali dan Blitar.
Dukungan ini dibuktikan dengan adanya deklarasi resmi di dua daerah itu untuk Airlangga.
Dengan demikian, Airlangga dinilai sudah memiliki modal yang mumpuni untuk diusung sebagai calon presiden (capres) 2024.
Apalagi Partai Golkar pun diprediksi akan mengusung ketua umumnya itu pada Pilpres 2024 .
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie mengatakan bahwa Airlangga punya keunggulan dibandingkan kandidat lainnya.
Airlangga dinilai mampu membawa Partai Golkar meraih perolehan suara besar pada Pemilu 2019.
Kemudian, Airlangga dianggap memiliki kinerja yang terukur, pengalaman mumpuni, sehingga sangat berpotensi untuk dipilih publik.
Namun bagaimana pun hasilnya pada tiga tahun mendatang, semua bergantung pada pilihan rakyat.
Bagi Airlangga sendiri, PR-nya harus menyelesaikan beban politiknya menjadi seorang ketua parpol jika ingin maju menjadi capres 2024.
Mau tidak mau, Airlangga harus menghindari pemilihan dari hasil pencitraan.
Kesempatan bagi Airlangga untuk maju, yakni lebih baik realistis turun ke masyarakat.
Hal ini akan lebih baik dari pada pencitraan.
Oleh karena itu, mari kita lihat dan amati gerak Bos Golkar ini. (***)