Yang hendak saya sampaikan adalah dengan mengemas warisan budaya sedemikian rupa dapat menyokong kebangkitan sektor pariwisata yang dalam dua tahun terakhir ini anjlok hingga 80 persen karena pandemi.
Dengan melestarikan dan mengembangkan seni budaya dapat mendongkrak kunjungan wisman (wisatawan mancanegara) maupun wisdom (wisatawan domestik) untuk menyokong upaya pemulihan perekonomian negeri kita. Jika setiap daerah mampu mengembangkannya, peningkatan kesejahteraan rakyat, bukanlah sebuah fatamorgana.
Tanpa pengelolaan yang baik, warisan budaya sebagai keunggulan negeri, sebagai potensi bangsa akan teronggok bagaikan laskar tak berguna yang akan habis dimakan usia, seperti dikatakan Pak Harmoko, melalui kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Yang perlu dilakukan: Pertama, merawat dan melestarikan warisan budaya yang sudah ada. Kedua, memajukan dan mengembangkan keunggulan alami menjadi keunggulan baru yang modern. Ketiga, menciptakan keunggulan baru sebagai hasil kreasi yang disesuaikan dengan eranya.
Mari kita peduli melestarikan warisan budaya sebagai potensi negeri. Jangan biarkan punah tergerus zaman yang selalu berubah. Mengagungkan budaya asing, sementara budaya negeri sendiri punah dibiarkannya.
Membiarkan warisan budaya punah , sama artinya menyia- nyiakan karunia Ilahi.
Pitutur luhur mengajarkan janganlah melakukan perbuatan yang sia –sia. Hal yang bermakna dibiarkannya, yang ecek – ecek malah dilakukannya bagaikan “Nguyahi banyu segara” – melakukan perbuatan yang sia – sia belaka, tak berguna dan tanpa makna. (Azisoko)