Oleh Hari Bukhari, Wartawan PosKota
TIMNAS Indonesia telah melangkah ke babak final Piala AFF 2020 menantang Thailand. Padahal sejak awal bergulir tidak ada satu pun yang menjagokan Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan bakal berprestasi.
Apalagi tim ini bergabung di grup B yang disebut-sebut sebagai grup neraka karena dihuni Vietnam, Malaysia, Laos dan Kamboja. Indonesia banyak yang memprediksi sulit untuk melewati Vietnam dan Malaysia. Namun siapa sangka tim besutan Shin Tae-yong ini tampil gagah perkasa.
Mereka memuncaki klasemen usai menang 4-2 atas Kamboja, 5-1 dari Laos, imbang 0-0 lawan Vietnam dan menggilas Malaysia 4-1. Satu tiket semifinal pun didapat menangtang Singapura.
Dalam dua leg melawan Singapura, akhirnya tim Garuda unggul agregat 5-3 dan berhak atas tiket final menghadapi Thailand yang menyingkirkan Vietnam (agregat 2-0).
Final leg pertama yang digelar di National Stadium Singapura, Rabu (29/12). Sedang leg kedua digelar di tempat yang sama pada hari Sabtu (1/1/2022).
Keberhasilan tim Garuda ke partai puncak tak terlepas dari polesan Shin Tae-yong. Berkat racikannya bersama asistennya Lee Jae Hong, pelatih fisik, penampilan Pratama Arhan dan kawan-kawan lebih beringas.
Mereka sanggup bertempur selama 90 menit tanpa lelah. Padahal selama ini tim Merah Putih hanya sanggup main cantik selama 90 menit. Selain itu mental pemain tak gampang kendor meski sempat tertinggal. Hal ini ditunjukkan saat jumpa Malaysia
di babak penyisihan.Tertinggal lebih dahulu 0-1, pemain Indonesia bangkit dan balik unggul 4-1. Mental bertanding dan kepercayaan diri pemain saat ini luar biasa tingginya. Mental bertanding yang cukup bagus ini sudah lama menghilang.
Dalam pengamatan Lee Jae Hong fisik pemain Indonesia dan Korsel sebenarnya tak jauh berbeda. Ia pun tak ragu untuk membenahi fisik Evan Dimas dan kawan-kawan. Berkat polesannya sekarang pemain tak gampang jatuh saat berduel dengan lawan.
Lee Jae Hong adalah pelatih fisik yang ikut mendampingi Shin membenahi fisik Timnas Korsel di Piala Dunia Rusia, tahun 2018.
Lee menjelaskan kelemahan fisik timnas Indonesia. Dia mengamati banyak pertandingan. Timnas hanya sanggup bermain selama satu babak. Di babak kedua, stamina mulai turun. Mental juang sudah hilang. Selain itu, timnas selalu kalah duel. Sekali disenggol, langsung tumbang.
Menurutnya, kecepatan pemain Indonesia dan Korea hampir sama. Yang membedakan adalah kekuatan (power), body balance, & endurance (daya tahan). Indonesia lemah di banyak sisi.
Dia juga melihat mental. Menurutnya, pemain Indonesia terlalu baik dan pasrah. Dalam sepakbola, kebaikan itu tidak berguna. Pemain harus siap bertarung habis-habisan.
Soal fisik itu dipengaruhi tiga hal yakni gaya hidup pemain, budaya, serta pola hidup. Pemain yang suka makan gorengan dan nasi jangan harap mendapatkan fisik yang prima. Untuk menjadi kuat dan berotot kata Lee butuh makan protein yang banyak.
Di level klub, pemain tidak mengonsumsi makanan bergizi. Tanpa banyak makan protein dan makanan bergizi, maka kebutuhan energi tidak akan cukup. Otot tidak bisa terbentuk. Padahal, sepakbola adalah olahraga fisik. Pemain harus siap berduel, siap main keras dengan kaki.
Kemampuan pemain kini terus membaik . Ini berkat disiplin ketat yang diterapkan oleh STY. Pemain diminta kurangi karbohidrat, perbanyak makan sayuran dan protein.
Pemain juga dilarang makan gorengan, sebab di makanan gorengan ada lemak trans yang tidak baik bagi tubuh. Idealnya pemain bola hanya memiliki persentase lemak tubuh sebesar 6-12 persen.
Shin Tae-yong juga tak segan-segan menjewer pemain yang kedapatan makan di luar yang disediakan pihak hotel. Shin Tae-yong pernah menjewer Rifat Marasabessy yang kedapatan makan di luar saat Timnas U-19 melakukan TC di Kroasia.
Apapun hasilnya melawan Thailand, kita patut bangga apa yang telah ditunjukkan Shin Tae-yong . Masyarakat sudah kadung suka dengan STY yang menyulap Timnas kini jadi beringas. Timnas telah menunjukkan motivasi yang tinggi, tak gampang menyerah, lapar akan kemenangan dan siap bertempur habis-habisan. (**)