Hal itu dikarenakan banyak perusahaan yang rutin berkirim paket, mau tak mau berhenti beroperasi, bahkan tutup.
“Saya tidak tahu perusahaan lain, tapi di kami sendiri mengalami penurunan sebesar itu. Momen Nataru ini masih sedang naik pelan-pelan. Ekonomi kita sedang lesu. Bagaimana bisa berkirim barang kalau orang nggak belanja? Matahari yang jualan baju yang biasanya ngirim 10 truk sehari, sekarang aja udah nggak. Buku-buku cetak dari Gramedia juga udah nggak lagi,” jelasnya.
Hj. Putri Lenggogeni, Komisaris Indah Logistik, pada kesempatan yang sama, memastikan bahwa Indah Logistik Cargo tetap survive dengan jalur dan filosofi bisnisnya, dengan modal perjalanan pajang mereka selama 10 tahun dan sekitar 30 tahun berkecimpung di usaha angkutan umum.
“Kita bisa berkembang se-Indonesia sampai negara tetangga (Malaysia, sekarang), karena costumer kita sendiri yang minta sama kita untuk hadir di sana,” katanya, bangga.
Putri Lenggogeni juga menekankan bahwa memang persepsi masyarakat sudah jauh tertanam soal Indah Logistik adalah perusahaan ekpedisi dalam jumlah besar, dan lebih banyak melayani rute Sumatera.
Tapi, ia menekankan kembali bahwa kini mereka sudah hadir lengkap di seluruh penjuru negeri sebagai perusahaan anak negeri, yang sudah ekspansi ke pasar luar negeri.
“Selama ini memang Indah Logistik itu partai besar. Dan satu kilo ini sebenarnya kita sudah mulai dari lima tahun lalu. Tapi merubah mindset orang soal satu brand itu butuh waktu. Maka kedepannya, kami harus lebih dekat dengan costumer. Karena tanpa mereka, kita bukan apa-apa, apalagi hingga 10 tahun ini,” tutupnya. (*/mia)