ADVERTISEMENT

Penelitian: Booster Sinopharm COVID-19 Lebih Lemah Terhadap Omicron

Senin, 20 Desember 2021 18:25 WIB

Share
Logo Sinopharm (Sumber: Reuters)
Logo Sinopharm (Sumber: Reuters)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TIONGKOK, POSKOTA.CO.ID – Booster COVID-19 produksi Sinopharm Tiongkok memiliki aktivitas penetralan lebih rendah secara signifikan terhadap varian Omicron. Hal ini dikatakan para peneliti Tiongkok dalam sebuah makalah.

Mereka menambahkan kemanjuran vaksin terhadap Omicron masih belum jelas.

Studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Jiao Tong Shanghai dan laboratorium berbasis di Shanghai yang mengkhususkan diri pada penyakit pernapasan menular membandingkan aktivitas vaksin booster Sinopharm terhadap jenis virus corona yang lebih awal dari Wuhan.  

Booster Sinopharm BBIBP-CorV terhadap Omicron menunjukkan pengurangan 20,1 kali lipat dibandingkan dengan aktivitasnya terhadap strain Wuhan menurut makalah yang diterbitkan pada hari Sabtu. Demikian dilaporkan Reuters pada Senin (20/12/2021).

Sinopharm tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Vaksin BBIBP-CorV Sinopharm dan CoronaVac Sinovac Biotech (SVA.O) adalah dua vaksin yang paling banyak digunakan di Tiongkok dan merupakan vaksin COVID-19 terkemuka yang diekspor negara itu. Sinopharm juga memiliki vaksin kedua yang digunakan di Tiongkok.

Studi ini menganalisis sampel dari 292 petugas kesehatan yang menerima dosis ketiga atau suntikan booster sekitar delapan hingga sembilan bulan setelah dosis kedua mereka.

Setelah empat minggu berikutnya, sampel serum dari 78,1 persen penerima mempertahankan aktivitas netralisasi terhadap Omicron kata para peneliti dalam sebuah makalah yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Namun penulis penelitian memperingatkan seberapa baik booster Sinopharm dapat melindungi penerima dari penyakit yang disebabkan oleh Omicron hasilnya tidak sama. Karena netralisasi hanyalah bagian dari respons kekebalan manusia.

Pengujian terhadap strain Wuhan sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar delapan hingga sembilan bulan setelah suntikan BBIBP-CorV kedua, aktivitas penetralisir hampir tidak dapat dideteksi. Sementara booster meningkatkan respons secara signifikan menurut makalah itu. ***

ADVERTISEMENT

Reporter: Ignatius Dwiana
Editor: Ignatius Dwiana
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT