SETIAP orang tak lepas dari masalah. Sekecil apapun masalah akan dihadapi oleh setiap orang.
Mau pakai baju sebenarnya sudah datang masalah, baju mana yang hendak dipakai, warna apa yang cocok dengan celana dan sepatu. Hanya saja karena masalah itu menjadi hal yang rutin, terbiasa, maka masalah akan sirna dengan sendirinya. Mengapa? Jawabnya karena masalah yang ada itu kita anggap bukan sebuah masalah besar, tapi hal kecil yang tidak perlu dipersoalkan.
Maknanya, masalah menjadi kecil dan besar akan lebih dipengaruhi dari kita menyikapinya. Kalau kita menganggapnya penting dan serius, maka masalah kecil pun bisa menjadi besar. Contohnya soal hendak memakai baju tadi.
Sebaliknya kalau kita menganggap bukan hal penting dan serius, maka sebesar apapun masalah yang dihadapi, akan menjadi kecil – ringan.
Itulah sebabnya setiap masalah yang dihadapi setiap orang (individu) akan berbeda-beda, bahkan pada masalah yang sama persis pun bisa berbeda tingkatannya, bobotnya karena tadi, beda dalam menyikapinya.
Karena beda menyikapinya inilah maka menjadi keniscayaan ketika terjadi masalah yang menyangkut kepentingan umum, setiap orang akan berbeda sikap dan pendapat.
Perbedaan inilah yang harus disikapi secara bijak, mengingat pula negeri kita berdiri di atas keberagaman yang sudah pasti akan menimbulkan adanya perbedaan di sana-sini.
Itulah sebabnya falsafah bangsa kita, Pancasila mengamanatkan perlunya menghargai perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk masalah yang terjadi di lingkungan sosial kita, pemerintahan kita mulai dari level terendah, pemerintah daerah kabupaten/kota, provinsi hingga pemerintah pusat.
Masalah yang menimpa negeri kita bukan semata untuk diperdebatkan dan dipertentangkan. Jika itu yang dikedepankan, perbedaan pandangan akan semakin melebar dan mengkristal, sementara masalahnya tetap stagnan.
Masalah yang menyangkut kepentingan umum perlu segera dipecahkan, apalagi keberadaannya dapat menghambat, mengganggu dan merugikan hajat hidup orang banyak.
Masalah yang demikian perlu segera dicarikan solusi, bukan sebatas dikritisi dengan beradu argumentasi. Jangan sampai masalah kecil malah diperbesar, masalahnya sederhana dibikin rumit. Masalah mudah dibuat susah. Apalagi punya hobi mencari – cari masalah dan memperbesar masalah. Perilaku semacam ini tak sejalan dengan jadi diri bangsa kita.
Kita tentu tak ingin dinilai telah absen sebagai bangsa yang ramah, penuh sopan santun, saling tolong menolong, menghormati dan menghargai keberagaman.
Dunia pun mengaguminya bahwa bangsa Indonesia bisa bersatu di tengah keberagaman. Bahkan, dengan keberagaman yang ada dapat mempersatukan Indonesia. Di tengah keberagaman terbangun kebersamaan.
Jika terdapat masalah diselesaikan secara bersama-sama, sebagai wujud kegotongroyongan yang telah terbangun sejak dulu kala. Marilah kita ubah masalah menjadi hikmah.
Dengan kebersamaan, sebesar apapun masalah akan dapat terselesaikan. Tetapi dengan perpecahan karena perbedaan, masalah kecil bisa menjadi besar. Yang sederhana menjadi rumit. Padahal kita dianjurkan untuk menyederhanakan masalah, bukan memperbesar masalah. (Jokles)