Warung Kopi Bisu Tuli Dua Calon Dokter 

Minggu 28 Nov 2021, 07:00 WIB

PERTENGAHAN November 2021 ini saya berdiskusi dengan dua anggota DPR Provinsi Banten, Desy Yusandi (Fraksi Partai Golkar) dan Indah Rasmiati (Fraksi PDI Perjuangan). Kami diskusi soal sebuah warung Kopi Serona yang ada di wilayah Bintaro, Tangerang Selatan.

Sebagian besar karyawan dan karyawati Warung Kopi Serona ini adalah penyandang bisu dan tuli. Pendiri dan penggagas dari berdirinya warung kopi ini, dua bulan lalu,  dua mahasiswa tingkat akhir se-buah Fakultas Kedokteran sebuah universitas  di Jakarta dan seorang mahasiswa MIT perguruan tinggi di Jakarta juga.

Ketiga mahasiswa ini adalah Romadhonal Qodarul Akbar (Roma), Muhammad Fairuzaki (Idza) dan Nanda Azka Mulia. “Kami ingin setelah menjadi dokter nanti, tidak akan mencari uang dari profesi dokter kami. Kami tidak ingin  profesi kedokteran kami dibebani dengan usaha mencari keuntungan finansial dari profesi kedokteran,” bagitu ujar Romadhonal siang itu di Warung Kopi Serona yang penuh pengunjung . Saat itu hujan deras.

Menurut Roma ketika diumumkan  penerimaan karyawan dan karyawati, ada sekitar 4000 orang pen-yandang bisu tuli yang mendaftar atau melamar. “Padahal yang dibutuhkan saat itu hanya delapan orang.

“Betapa saat ini kita bisa melihat calon pencari kerja dari mereka penyandang bisu tuli ini sangat banyak di wilayah Jabodetabek,” ujar Indah, anggota DPRD Banten yang terkenal vokal ini.

 

Ilustrasi. (ucha)

Desy, perempuan Betawi asal Kreo, Tangerang Kota, yang ikut membantu berdirinya warung kopi ini, mengatakan, banyak hal penuh misteri suci dalam usaha awal mendirikan Serona ini.

Misalnya, untuk me-nyewa wilayah atau tempat mendapat harga yang sangat murah sekali. “Seorang tukang kayu pun mem-beri diskon harga sekitar 75 persen untuk membuat meja dan kursi warung,” ujar Desy siang itu.

Yang cukup mengharubirukan situasi diskusi kami saat itu, cerita ketika berlangsungnya wawancara penerimaan karyawan-karyawati bisu tuli. “Salah seorang karyawan pria penyandang bisu tuli diantar ibunya ketika datang melamar dan wawancara. Sang ibu mencucurkan air mata ketika sang anak diterima jadi karyawan Warung Kopi Serona,” ujar Desy.

Nampaknya alam semesta merestui berdirinya warung kopi ini. Berkah yang turun dari atas untuk warung ini akan berlipat ganda,” kata Indah.

“Ya, ya, ya,” kata saya ketika Desy dan Indah berkisah tentang warung kopi ini. “Selain saya terharu menyaksikan para karyawan dan karyawati warung kopi ini, saya juga terpesona menyaksikan  para kar-yawan/karyawati yang bisu tuli ini ganteng-ganteng dan canti-cantik rupawan,” ini kata saya disambut suara geludug di langit serta senyum Indah dan Desy.

Suara geludug dan petir itu mungkin sebagai saksi sumpah Roma bahwa profesi kedokterannya tidak akan tercemar oleh ambisi mencari uang semata di dunia kedokteran. (Ciamik)

Berita Terkait
News Update