ADVERTISEMENT

Dibantu KUA "Matikan" Bini, Demi Bisa Menikah Kembali

Sabtu, 27 November 2021 06:33 WIB

Share
Karikatur Nah Ini Dia: Dibantu KUA
Karikatur Nah Ini Dia: Dibantu KUA "Matikan" Bini, Demi Bisa Menikah Kembali. (karikaturis: poskota/ucha)

JUMALI (56) dari Badung (Bali) ini benar-benar lelaki badung! Bini masih hidup meger-meger “dimatikan” agar bisa menikah lagi. Tambah koplak lagi, oknum Kepala KUA-nya kok ya mau bantu hanya karena iming-iming Rp1,5 juta. Apa Kepala Kantor Urusan Agama ini tak mikir urusan akhiratnya nanti?

Urusan uang dan selangkang memang beda tipis, bisa saling kait-mengait. Karena banyak uang seorang lelaki bisa berburu banyak selangkang. Sebaliknya orang berburu selangkangan juga memengaruhi dan kerja sama dengan pejabat negara yang hanya memikirkan keuangan. Untunglah negeri ini masih banyak yang punya iman, meski sejumlah warganya hanya memikirkan “si imin”.

Jumali warga Petang Kuta Utara, termasuk lelaki yang masih rajin berburu selangkangan dalam usia menjelang kepala enam. Istrinya, Kaminah (53), dinilainya sudah nggak asyik lagi penampilan dan goyangannya. Ibarat mobil, ini jenis Kijang kapsul 2004 yang mesinnya sudah tidak stabil, boros bensin lagi. “Apa saya harus tukar tambah ya?” batin Jumali yang asal dari Pulau Jawa ini.

Andaikan mobil benaran, benar-benar Kaminah sudah dibawa ke showroom untuk tukar tambah dengan yang lebih muda tahunnya. Tapi istri kan manusia yang tak sekedar punya nyawa, tapi juga ada hati dan jiwa. Mau dipoligami,  dirinya yang bukan orang PKS tak berani berdapur lebih dari satu. Mau dikasih makan apa? Buat satu saja sungsang sumbel kok berbini dua dan seterusnya.

Jumali punya wacana seperti itu karena kebetulan baru kesengsem berat pada janda kampung sebelah, namanya Atikah (40). Orangnya cukup cantik, bodi seksi menggiurkan, sekel nan cemekel. Kulitnya juga putih bersih, kalau “dikupas” pastilah seperti singkong siap rebus! Pokoknya STNK-lah.

Sayangnya, Atikah tak mau dikawin siri ataupun dipoligami. Dia hanya ingin ada satu Atikah dalam jiwa dan hati Jumali. Artinya, bini pertama si Kaminah harus dipersona-non gratakan alias dicerai. Padahal untuk menceraikan istri perdana, sama sekali tak ada alasan kuat, kecuali hanya karena sudah tidak asyoi lagi.

Semua jalan mengalami kebuntuan, sehingga cara satu-satunya tinggal...... menghalalkan segala cara. Caranya, Kaminah harus “dimatikan” secara yuridis formil. Maka Jumali lalu menghubungi kenalannya, Anwas Abar yang kebetulan jadi Kepala KUA di Petang. Dia minta tolong dibuatkan surat keterangan kematian atas nama Kaminah istrinya, lengkap dengan stempel KUA. “Saya ada dana Rp 1,5 juta Mas.” Kata Jumali membujuk.

Sebagai Kepala KUA tentunya Anwas Abar lebih tinggi pemahaman agamanya, tahu ada hadits yang melaknat orang menerima suap. Tapi tanggal tua sekitar 20 ke atas keuangan di rumah benar-benar menipis, karena jumlah pernikahan bedholan berkurang sekali di masa pandemi Corona. Maka pikirannya mendadak praktis saja, “Ada suntikan dana Rp1,5 juta, lumayan.” Karenanya tawaran Jumali langsung disambarnya.

Dibuatlah kemudian surat keterangan kematian Ny. Kaminah yang ditandatangani olehnya lengkap dengan stempel KUA-nya. Sejak itu Anwas Abar disebut oknum, karena perilakunya telah mengkhianati kepercayaan negara. Kantor urusan agamanya sudah selesai dengan Rp1,5 juta itu. Tapi urusan akhiratnya nanti? Siapa tahu setelah ajal nanti Anwas Abas ditanya malaikat, “Uang Rp 1,5 juta itu dibelanjakan apa?”

 

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Yulian Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT