Majukan Keroncong Lewat ‘The Indonesian Keroncong Center’, Didirikan oleh Dokter Pecinta Seni

Minggu 21 Nov 2021, 05:23 WIB
Dr.HR Soetomo, pendiri The Indonesian Keroncong Center bersama istri menyanyi lagu keroncong. (ist)

Dr.HR Soetomo, pendiri The Indonesian Keroncong Center bersama istri menyanyi lagu keroncong. (ist)

SENI musik keroncong merupakan aset dan seni budaya asli milik bangsa Indonesia yang ada sejak ratusan tahun lalu. Musik keroncong juga berfungsi sebagai filter dan barrier terhadap pengaruh budaya asing yang merugikan bangsa kita. 

Hingga kini keberadaan keroncong tetap eksis berkat peran serta sejumlah pihak yang peduli dengan musik tersebut. Salah seorang di antaranya yakni Dr.R.H. Soetomo, tokoh keroncong nasional yang mendirikan The Indonesian Keroncong Center

Selain itu, keberadaan media sosial seperti Instragram, Youtube, Google dan lainnya ikut menjadikan keroncong makin mudah dinikmati penikmat seni baik dari dalam maupun luar negeri.

Tidak mengherankan jika keroncong hingga kini tetap digemari, baik oleh orang tua maupun kalangan generasi muda milenial. 

Dr. R.H. Soetomo alias Tom Soetawikarta merupakan seorang dokter lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) dan tokoh seniman yang kiprahnya di dunia keroncong sangat nyata.

Ia sangat peduli terhadap tumbuh kembangnya seni musik keroncong di Indonesia. 

Karena kecintaannya dan dengan usaha sendiri, dirinya mendirikan The Indonesian Keroncong Center pada 5 Desember 2009 sebagai pusat kegiatan keroncong Indonesia seperti yang dicita-citakan sejak tahun 1981. 

Saat itu, Dr.RH Soetomo dilantik menjadi Ketua HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Republik Indonesia) DKI Jakarta oleh Ketua Umum HAMKRI, Maladi di kediaman beliau di Jalan Gading Putih Raya Blok GG No. 1 Kelapa Gading Permai Jakarta Utara

Pada 5 Desember 2009 The Indonesian Keroncong Center didirikan. Gedung The Indonesian Keroncong Center  terletak di kawasan Pulo Asem diresmikan oleh Menteri Kebudayan dan Pariwisata, Ir.  Jero Wacik pada 5 Desember 2009.

Di gedung The Indonesian Keroncong Center di Pulo Asem ini, serta di rumahnya yang asri di kawasan Kelapa Gading Permai Jakarta Utara, sering digelar acara musik keroncong dengan artis keroncong ternama Indonesia dan juga Duta Besar dari Rusia dan dari negara tetangga Malaysia.

Ditemui di rumahnya di Kelapa Gading Permai, Dr.Soetomo menjelaskan, perjuangan melestarikan musik keroncong itu sangat berat. “Perlu kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan baik moril maupun materi,” katanya. 

Karena itu, bersama istri, anak serta pihak yang peduli dengan keberadaan musik keroncong, Dr. Soetomo setiap tahun menggelar Lomba Cipt Lagu Keroncong (LCLK),  Vokal Keroncong untuk anak-anak, Lomba Vokal Lagu Keroncong Tingkat Nasional antar sekolah dasar dan lainnya. 

“Musik keroncong merupakan milik bangsa Indonesia sejak ratusan tahun lalu yang menyatu dengan rasa kelembutan, kesantunan, kehalusan dan keadaban bangsa Indonesia.

Selain itu, penuh nilai luhur, heroik, penuh semangat kepahlawanan,” kata pria yang akrab dipanggil Tom Soetawikarta ini. 

Menurutnya, walau musik keroncong terdengar mendayu-dayu, kalem, nyaman dan menyejukan hati, namun selain itu lagu-lagu dan pencipta lagu keroncong menyatu dengan perjuangan bangsa Indonesia. 

“Ini berlangsung saat sebelum, berlangsung dan sesudah perang kemerdekaan. Semua tercatat sampai saat ini peran musik keroncong dalam mengisih sejarah perjuangan bangsa. Lagu-lagu keroncong ikut serta aktif berperan dalam memerdekakan negara Indonesia,” kata Soetomo. 

Perlu Bantuan Dana Pemerintah 

Melegendanya lagu keroncong Bengawan Solo ciptaan Gesang rupanya membuat banyak negara asing iri dan ingin mengakui kalau musik asli Indonesia itu merupakan warisan mereka.

Bahkan ada yang mengaku-ngaku sebagai pencipta lagu Bengawan Solo. Hal ini membuat jiwa Dr.Soetomo melawan. 

Upaya pengklaiman lagu Bengawan Solo juga pernah dilakukan oleh Malaysia tepatnya pada tahun 1960.

Bengawan Solo dijiplak oleh negeri jiran itu dan berganti judul menjadi Main Cello.Irama, nada, dan tempo lagu itu sama dengan Bengawan Solo ciptaan Gesang.

Klaim Malaysia itu akhirnya dipatahkan pemerintah dan rakyat Indonesia. 

“Begitu juga dengan lagu Jali-Jali dan Rasa Sayange, juga sempat diklaim Malaysia. Pada 2 November 2007 Dr. RH. Soetomo protes keras secara tertulis dan secara langsung kepada Duta Besar Malaysia dengan membacakan pernyataan sikap atas pernyataan Perdana Menteri Malaysia saat itu, Anwar Ismail bahwa lagu tersebut berasal dari Malaysia dan merupakan budaya Malaysia.

Acara itu diliput oleh TVRI dan dihadiri dan disaksikan oleh Sutrisno selaku Sekjen Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mewakili Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan Ansori Silungan mewakili Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM  Ini tidak boleh terjadi.

“Kita sebagai bangsa besar harus menunjukkan jati diri dengan tetap melestarikan musik keroncong di seluruh pelosok negeri. Cara lain bisa menyebarluaskan musik keroncong melalui media sosial, agar makin dikenal di negara lain,” ujar Soetomo.  

Dr. Soetomo menceritakan, dirinya beberapa tahun lalu mendapat email dari WN Portugal Andrea Rosa dan Ivan Dias yang menyebut keroncong bagian dari cuk, musik asal Portugal.

“Mereka bahkan mau membuat film soal keroncong. Saya langsung koordinasi dengan pemerintah RI dan Dubes Portugal di Jakarta, jangan sampai musik keroncong menjadi milik bangsa asing,” ujarnya. 

“Sebagai warga negara, kita wajib melestarikan musik keroncong. Untuk itu perlu langkah nyata bantuan dana dari pemerintah pusat kepada pihak-pihak yang berjuang keras melestarikan musik keroncong, seperti The Indonesian Keroncong Center atau lainnya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mempertahankan keroncong. NKRI harga mati,” tandas Tom Sutawikarta. (tiyo)

Berita Terkait

News Update