Sebab tidak ada senjata yang lebih ampuh daripada persatuan TNI dengan rakyat.
Persatuan TNI dengan rakyat itulah esensi “school of life” yang wajib dijalankan oleh setiap prajurit TNI.
Dengan school of life, setiap prajurit TNI memahami pentingnya konsepsi pertahanan atas cara pandang geopolitik.
Atas pandangan geopolitik pula, Bung Karno menegaskan masa depan dunia berada di Pasifik.
Siapa yang menguasai pasifik akan menguasai dunia, dan untuk menguasai dunia, Indonesia menjadi perebutan pengaruh berbagai kekuatan hegemoni dunia.
Cara pandang geopolitik melahirkan konsepsi pertahanan yang khas Indonesia. Karena itulah mengapa pertahanan Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat, Cina ataupun Rusia yang berbasis kontinental.
Dengan cara pandang geopolitik tersebut, konsepsi pertahanan seperti apa yang sesuai dengan Indonesia?
Apakah Indonesia harus mengembangkan kekuatan militer ala Amerika Serikat, Cina, Rusia, atau justru mencari paduan ideal dengan realitas geografis sebagai negara kepulauan terbesar di dunia?
Jawaban atas pertanyaan di atas, dalam perspektif geopolitik, pertahanan harus memperhatikan konstelasi geografis Indonesia.
Dengan kesadaran terhadap kondisi geografis, dan bagaimana tarik menarik kepentingan akibat konstelasi geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi, pertahanan negara Indonesia harus disusun khas sesuai dengan karakter dan kultur bangsa.
Dengan cara pandang ini, Indonesia tidak secara mentah-mentah menelan konsepsi revolution in military affairs (RMA), suatu konsepsi membangun kekuatan pertahanan secara revolusioner dengan memadukan kemajuan teknologi, ketajaman presisi, kemampuan manuver, dan daya hancur berdasarkan integrasi fungsi antara command, control, computers, communications, cyber, inteligence, surveillance, and reconnaissance (C5ISR).
Apapun konsepsinya, kesemuanya berakar dari pentingnya spirit, suatu semangat untuk membangun kekuatan pertahanan secara berdikari, percaya pada kekuatan sendiri.