Mengenaskan! Keluarga di Afganistan Terpaksa Jual Anak Perempuan Untuk Bertahan Hidup

Sabtu 20 Nov 2021, 14:02 WIB
Anak perempuan Afganistan banyak yang terpaksa dijual orang tuanya akibat terdesak ekonomi.(Ist/AP Photo/Altaf Qadri)

Anak perempuan Afganistan banyak yang terpaksa dijual orang tuanya akibat terdesak ekonomi.(Ist/AP Photo/Altaf Qadri)

AFGHANISTAN, POSKOTA.CO.ID - Pandemi COVID-19, krisis pangan yang telah berlangsung, dan datangnya musim dingin semakin memperburuk keadaan rakyat Afghanistan.

Demikian laporan terbaru yang diterbitkan oleh UNICEF, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kepada anak-anak di seluruh dunia.

"Pada tahun 2020, hampir setengah dari populasi Afghanistan sangat miskin dan tidak bisa memenuhi kebutuhan seperti nutrisi dasar atau air bersih," menurut laporan tersebut. 

UNICEF mengungkapkan, jutaan anak masih membutuhkan bahan-bahan kebutuhan penting, termasuk perawatan kesehatan primer, vaksin polio dan campak, nutrisi, pendidikan, perlindungan, tempat tinggal, air dan sanitasi.

Bahkan, karena terdesak ekonomi, Mohammad Ibrahim, penduduk Kabul, tidak punya pilihan lain selain menawarkan putrinya yang berusia tujuh tahun bernama Jamila untuk dijual. 

Uang hasil penjualan Jamila akan dipakai untuk membayar utang-utang keluarganya.

"Seseorang datang dan mengatakan kepada saya untuk membayar utang atau 'Saya akan membakar rumah Anda hingga jadi abu,'" kata Ibrahim yang dilansir DW Indonesia. 

Namun dia mendapat tawaran untuk "menyerahkan putrinya" guna melunasi utang.

"Pria itu orang kaya, Dan saya tidak punya pilihan lain dan saya menerima untuk menukarkan anak saya untuk membayar utang sebanyak 65.000 Afghani (sekitar Rp10 juta)."

Di Provinsi Badghis di Afganistan barat, warga telah lama mengalami kekeringan dan terpaksa meninggalkan rumah dan desa mereka. 

Najeeba, perempuan muda yang tinggal di sebuah kamp, telah diperdagangkan oleh keluarganya dengan harga 50.000 Afghani, atau sekitar Rp7,7 juta.

Berita Terkait
News Update