ADVERTISEMENT

Jangan Obral Janji

Senin, 15 November 2021 09:30 WIB

Share
Jangan Obral Janji. (Kartunis/Sental-Sentil/Poskota.co.id/Arif)
Jangan Obral Janji. (Kartunis/Sental-Sentil/Poskota.co.id/Arif)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

KALAU saja saya dulu saya mau sama dia, hidupku akan lebih bahagia bahagia.” Kalimat seperti ini, serupa atau senada yang berisi sebuah penyesalan sering kita dengar. Tetapi orang bilang, penyesalan tiada berguna karena sudah terjadi.

Yah, karena penyesalan itu datang belakangan, kalau datangnya duluan namanya bukan penyesalan, tetapi pendahuluan.

Dalam kehidupan sehari – hari memang kita tidak lepas dari sebuah janji, ikrar atau komitmen terhadap sesama. Antara anak dengan orang tua, suami dengan istri, bahkan antara sepasang kekasih. Namun, acap apa yang telah diikrarkan dan dijanjikan tidak seluruhnya terpenuhi, ditepati.

Akibatnya kata penyesalan, sering terucap. Janjinya dulu ketika pacaran mau membahagiakan lahir batin. Mau kerja keras biar hidupnya berkecukupan. Tidak akan berpaling kepada wanita lain, apapun yang terjadi, bahkan kadang sampai terucap janji sehidup semati.

Faktanya, ditinggal istri, ga sabaran ingin kawin lagi. Dulu ingin membahagiakan, kini bukan bahagia yang didapatkan, tetapi derita yang tak tertahankan. Janji berkecukupan, kini serba kekurangan.

Memang sebagian janji terpenuhi, yaitu kesetiaan. Termasuk setia tinggal dengan mertua berikut fasilitas rumah megah, dan mobil mewahnya. Ini janji asal diucapkan tanpa melihat kemampuan.

Yah, janji memang diucapkan secara lisan. Meski tidak tertulis janji itu adalah hutang. Agama apapun mengajarkan kepada setiap umatnya untuk menepati janji yang telah diucapkan, diikrarkan.

Karenanya, jangan gunakan  janji sebagai “bumbu pergaulan”, apalagi senda gurauan baik ketika berpacaran untuk merengkuh cinta dan kasih sayang.

Janji apapun bentuknya harus dipenuhi. Begitu juga janji politik ketika kampanye pemilihan.

Para pejabat mulai dari lurah, bupati, walikota, gubernur hingga presiden sekalipun mesti ingat apa yang pernah dijanjikan. Patut diingat, menjadi pemimpin, pejabat dan kepala daerah, wakil rakyat karena dipilih oleh rakyat. Dan, rakyat memilih karena tak lepas dari apa yang telah dijanjikan sebagaimana yang dikampanyekan. Boleh jadi tidak ingat, tetapi rakyat mencatat.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT