Presiden Merasa Sedih, Indonesia Makin Dihormati Tapi Dikerdilkan di Negeri Sendiri

Jumat 12 Nov 2021, 04:10 WIB
Presiden Joko Widodo saat menghadiri HUT  ke-10 Partai Nasdem. (foto: biro pers)

Presiden Joko Widodo saat menghadiri HUT ke-10 Partai Nasdem. (foto: biro pers)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Presiden Joko Widodo  (Jokowi) merasa sedih karena posisi Indonesia yang makin dihargai, dihormati, dan dipandang oleh negara lain tersebut kadang justru dikerdilkan di negara sendiri.

 "Padahal, sebagai negara yang memegang keketuaan G20 dan ASEAN, mestinya warga negara Indonesia juga turut merasakan kehormatan itu," tegas Kepala Negara.

 Itu disampaikan Presiden dalam sambutan pada peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-10 Partai Nasdem, di Auditorium Ki Hajar Dewantara, Kampus Akademi Bela Negara, Jakarta, Kamis (11/11/2021).

 "Saya juga ingin, kita semuanya juga ingin, warga negara kita ini juga dihormati, dihargai oleh warga negara lain di manapun WNI kita berada," lanjutnya.

 Presiden menegaskan bahwa mental inferior, mental inlander, dan mental terjajah harus dihilangkan dan tidak boleh dipelihara.

Presiden mengingatkan bahwa sebagai sebuah bangsa besar, Indonesia memiliki banyak penggalan sejarah kejayaan dari para pendahulu bangsa dan bahwa kemerdekaan Indonesia itu bukan sebuah hadiah melainkan hasil dari sebuah perjuangan panjang.

"Kita harus mulai membangun rasa percaya diri, rasa optimisme sebagai bangsa pemimpin. Jangan sampai kita kehilangan orientasi itu dan itulah yang dinamakan gerakan perubahan, gerakan restorasi, ya di situ. Mental inlander, mental terjajah, mental inferior itu jangan sampai enggak hilang-hilang sampai sekarang, jangan juga ada yang memelihara" tegasnya.

 Presiden menceritakan bahwa posisi Indonesia makin dihargai, dihormati, dan dipandang oleh negara lain dalam kancah internasional.

 Hal tersebut dirasakan langsung saat melakukan perjalanan luar negeri ke tiga negara pada akhir Oktober hingga awal November lalu.

Jokowi menceritakan bahwa di Roma, Italia, ia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dan menerima tongkat estafet presidensi G20 dari Perdana Menteri Italia.

Setelahnya,  menghadiri KTT Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia dan terakhir, Presiden menyambangi Persatuan Emirat Arab untuk memperkuat hubungan Indonesia dengan negara sahabat tersebut.

"Ada yang saya rasakan yang berbeda kalau dibandingkan dengan summit, dengan KTT-KTT sebelumnya, di pertemuan itu. Banyak sekali permintaan bilateral, banyak sekali permintaan pertemuan bilateral dari negara-negara lain yang hadir saat itu," tambah Kepala Negara.

"Kemudian yang kedua, banyak sekali yang secara mendadak, baik waktu saya berdiri maupun saya duduk datang kepada saya dan itu adalah negara-negara besar. Kepala negara yang datang. Ini ada apa? Perbedaan itu yang saya rasakan," ujar Presiden.

Dari lawatan luar negeri tersebut, Presiden menyebut bahwa yang lebih penting adalah Indonesia mendapatkan kehormatan dan kepercayaan untuk memegang keketuaan atau presidensi G20, mulai dari 1 Desember 2021 hingga awal November 2022.

 Oleh sebab itu, Presiden menegaskan bahwa posisi strategis seperti ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan nasional Indonesia. Apalagi, di tahun berikutnya Indonesia juga akan menerima tongkat estafet keketuaan ASEAN yang penyerahannya kemungkinan dilakukan di sekitar Oktober-November 2022.

 "Indonesia adalah negara besar dengan sejarah besarnya dan kita ingin betul-betul sekali lagi kita manfaatkan ini untuk memengaruhi kebijakan-kebijakan dunia dalam rangka apapun," imbuhnya.(*)

News Update