“Ibu kok tahu?“ selidik sahabat.
“Ibu punya keponakan yang tinggal di Kalimantan,” kata sang istri sambil menyediakan kopi buat Bang Jalil.
“Kok nggak ada gorengannya,Bu?” tanya Bang Jalil.
“Nggak boleh makan gorengan,” ujar sang istri.
“Lho, Bapak kan nggak kolesterol? Kalau nggak makan gorengan, kolesterol darah tinggi malah kumat!” seloroh Bang Jalil.
“Masalahnya bukan kolesterol atau darah tinggi. Tapi, harga minyak goreng lagi naik!” kata sang istri.
“Biasa, ini tradisi jelang hari-hari besar, Lebaran, Natal dan Tahun Baru pasti harga-harga sembako pada naik!” kata sahabat.
Bagi masyarakat luas memang bertanya-tanya. Negeri ini kaya akan hasil bumi dari darat dan laut.
Minyak goreng itu kan bahannya dari kelapa dan kelapa sawit, ya Pak? Kita punya ribuan kelapa yang tumbuh di sepanjang pantai, dan perkebunan kelapa sawit yang luas. Jadi pada kemana, sih?
Lihat juga video “Ngambek dari Orang Tuanya, Anak 12 Tahun Lompat dari Jembatan Tol”. (youtube/poskota tv)
“Ya, sudahlah, itu urusan para yang berwenang, kita sebagai rakyat tinggal tunggu kerja mereka!” kata sahabat.
“Gaji, uang belanja boleh naik. Tapi kalau sembako, No!,” ujar sang istri, ” Nah, Bapak harus bertanggung jawab!”
Begitulah akhirnya, saya yang kena getahnya, kata hati Bang Jalil. (massoes)